Hidayatullah.com– Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memberikan nama untuk Ibu Kota Negara (IKN) baru. Hal itu disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa.
“Saya baru mendapatkan konfirmasi langsung dari Bapak Presiden pada Jumat, dan beliau mengatakan ibu kota negara ini namanya Nusantara,” kata Suharso dalam rapat dengan Pansus IKN di Kompleks Parlemen DPR RI, Jakarta, Senin (17/01/2022).
Dia mengatakan pada dasarnya nama IKN baru itu dikirimkan berbarengan dengan Surat Presiden (Surpres) tentang Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara (RUU IKN) pada 29 September 2021 lalu, namun ditahan.
“Mengenai nama Ibu Kota titik-titik itu memang semula sudah ingin dimasukkan pada waktu penulisan Surpes, tapi kemudian ditahan dan ini saya baru mendapatkan konfirmasi dan perintah langsung dari Presiden pada Jumat lalu,” ujarnya.
Suharso kemudian menjelaskan alasan Jokowi memutuskan nama Nusantara sebagai ibu kota baru, tak lain untuk menggambarkan ke-Nusantaraan Indonesia. “Alasannya adalah Nusantara sudah dikenal sejak dulu dan ikonik di internasional, mudah, dan menggambarkan ke-nusantara-an kita,” tuturnya.
“Mudah-mudahan dan menggambarkan kenusantaraan kita semua, Republik Indonesia, dan saya kira kita semua setuju dengan istilah Nusantara itu,” sambungnya.
Nama Nusantara itu kemudian mendapat respons dari anggota Pansus IKN. Ahmad Doli, politisi partai Golkar meminta pemerintah menyiapkan penjelasan terkait penamaan Nusantara. Pasalnya penamaan tersebut penting untuk dilakukan.
“Kita semua meminta penjelasan dari Pemerintah terkait penamaan Nusantara agar kita punya pemahaman yang sama,” ungkapnya.
Sementara itu, Yanuar dari PKB mengatakan Pemerintah perlu memberikan penjelasan mengenai nama Nusantara, dan memang ada kekhawatiran jika nama Nusantara ini dalam pikiran bawah sadar kita itu sudah nama yang begitu melegenda dan identik dengan Indonesia,
“Khawatirnya ketika namanya sudah besar kemudian mengerucut menjadi sebuah lokus tertentu, maka ini suatu reduksi/tidak? Salah satu jalan keluarnya adalah namanya tidak satu kata, jadi 2 kata. Misalnya, Nusantara Jaya atau Nusantara Bangkit,” ujarnya.*