Hidayatullah.com–Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Muhajir Efendi yang terpilih menjadi Ketua Umum Perhimpunan KB PII Jatim dalam Muswil ke-3 dalam acara dialog kebangsaan mengatakan pendidikan Islam di daerah-daerah sebenarnya tidak kalah kualitasnya dengan yang ada di ibu kota-ibu kota propinsi.
“Asal pendidikan yang dibangun dan didirikan umat Islam berani menjamin mutu kurikulum dan konsisiten terhadap visi dan misi pendidikannya,”katanya. Tak jarang pendidikan daerah beserta murid-muridnya yang sederhana itu justru mampu meraih prestasi dengan kepribadian dan ketrampilan yang memadai, tambahnya disampaikan saat “Dialog Kebangsaan” di hadapan para mantan aktifis yang tergabung dalam Keluarga Besar Pelajar IslamIndonesia (KB PII) Jawa Timur yang di gelar di Asrama Haji, Sukolilo Surabaya.
Selain itu, Muhajir Efendi juga berharap kepada Menteri Pendidikan sekarang agar mulai memikirkan kembali perlunya organisasi ekstrakurikuler seperti Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), maupun Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) dan sejenisnya itu bisa memasuki kegiatan pelajr di sekolah.
“Ormas pelajar itu harus dikasih kewenangan yang luas untuk beraktifitas dan berdedikasi di sekolah agar bisa mengelola pelajar sesuai dengan jiwanya. Hal ini akan mampu menekan tingkat tawuran dan kriminalitas pelajar,” usulnya.
Muhajir yakin, dengan model kegiatan berstruktur di tangan para aktifis ormas pelajar, proses sosialisasi dan kualitas watak pelajar justru akan lebih berbimbing dan terbina dengan baik.
Urbanisasi dan tawuran
Sementara itu, guna mencegah arus urbanisasi pelajar ke kota-kota besar, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebu Ireng Jombang, KH Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) mengaku konsen membangun pendidikan dan mendirikan universitas di kota-kota kecil.
Menurut Gus Sholah, hal ini dilakukan untuk mencegah adanya tawuran pelajar dan biaya pendidikan yang semakin tinggi.
Sebelum membangun universitas, Gus Sholah mengaku telah melakukan kajian terhadap pemuda yang kuliah di daerahnya masing-masing. Ternyata pemuda yang kuliah di daerahnya hanya 5 persen. Mereka lebih tertarik kuliah di kota-kota besar, seperti Surabaya, Jakarta dan Bandung.
“Jadi, orang-orang di Jombang, tidak siap menghadapi tantangan dan persaingan yang ketat karena mereka tidak punya keahlian. Kalau ini tidak diperbaiki akhirnya mereka urbanisasi ke kota-kota besar,” ujarnya.
Gus Sholah berharap dengan membangun universitas di daerah bisa memberikan pendidikan bermutu di kota itu. Sebab, kalau mereka pindah ke kota besar dalam jumlah banyak tidak akan mampu membayar uang kuliah dan uang pondokan.
“Kalau mereka kuliah di kotanya sendiri masih bisa membayar uang sekolah dan pondokan. Ini menjadi tantangan. Mudah-mudahan pemerintah melihat hal ini sebagai sesuatu yang strategis,” paparnya.
Selain itu, dengan mengambil contoh berdirinya Universitas di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, akan memberikan pendidikan bermutu di pedesaan, mengurangi ketimpangan antara pedesaan dengan perkotaan dan meredam radikalisme keagamaan.*