Hidayatullah.com – Diskusi bertajuk “Iman, Cinta dan Kebebasan” yang diselenggarakan Komunitas Salihara, dengan menghadirkan tokoh feminis asal Kanada, Irshad Manji tak berjalan baik karena mendapat protes dari masyarakat sekitar.
Sebenarnya, kegiatan yang berlangsung pukul 19.00 WIB, Jum’at (4 Mei 2012) itu, terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya alias gratis.
Namun rupanya, warga keberatan dengan acara ini. Keberatan warga ini disampaikan melalui Kompol Adri Desas Furyanto dari pihak Polsek Pasar Minggu agar acara dihentikan. Warga keberatan atas kehadiran Irshad Madjid di kampung mereka.
Meski demikian, Irshad Mandji tetap melanjutkan kajian umumnya dan terus mengajak peserta untuk mendukungnya dan tidak perlu takut ancaman kalangan Muslim.
“Saya sering didatangi kelompok Islam Jihadi, mengancam saya dengan berbagai macam hal agar tidak meneruskan apa yang saya yakini, jadi hal – hal seperti ini bagi saya adalah hal yang biasa kita tidak perlu panic,” jelas Irshad di sela sela negosiasi antara kelompok warga yang ingin acara ini dibubarkan dengan pihak – pihak kepolisian dan panitia.
Sementara negosiasi terjadi di luar gedung Teater Salihara, Irshad dan para penggemarnya tetap melanjutkan kajian tanpa pengeras suara. Kajian lanjutan tersebut sempat mendapatkan masukan dari seorang peserta untuk membuka ruang dialog kepada pihak warga yang menolak kajian ini, agar bisa mencerdaskan untuk bisa saling menghargai dengan apa yang dimaksud dengan kebebasan berpendapat. Namun Irshad menolak usulan tersebut.
“Saya tidak percaya bahwa dialog kita dengan mereka akan merubah cara berpikir mereka. Pikiran mereka telah tercipta seperti itu, pikiran mereka telah terdogma untuk tidak berubah,” bantah Irshad kepada pengusul tersebut.
Hadir dalam acara ini Guntur Romli, Goenawan Mohamad, Ulil Abshar Abdalla dan Nong Darol Mahmada.
Irshad menjelaskan bahwa buku “Allah, Liberty And Love” adalah hasil diskusinya ke banyak umat Islam di berbagai belahan dunia, yang dari situ Irshad melihat banyak orang Islam di dunia ini yang memiliki cinta namun mereka memiliki ketakutan dalam mengekspresikan cinta tersebut karena batasan – batasan yang ada.
“Kita harus menciptakan keberanian teman – teman kita ini, terutama bagi mereka yang merasakan pertarungan batin dan ingin sekali mengeluarkan kenyakinan dan kebebasan mereka. Tapi mereka tidak tahu caranya, kita perlu menanamkan keberanian, “ begitu ajaknya.
Rupanya, sikap Irshad yang tetap melanjutkan kajian tanpa pengeras semakin memancing amarah warga, hingga akhirnya Irshad diamankan ke lantai dua Gedung Salihara untuk menghindari amukan massa yang tidak terkontrol. Sebelum akhirnya Irshad berhasil diamankan untuk kembali ke hotel pada pukul 21. 58 WIB.
Terdengar teriakan “Freedom…Freedom..Freedom….” dari para pendukung Irshad saat mengawalnya menuju mobil kepolisian. Sementara masyarakat terus bergemuruh dengan suara takbir untuk menolak kehadiran kajian Irshad Mandji ini. Kapolsek Pasar Minggu Sendiri mengerahkan lebih dari 100 aparatnya untuk mengkondisikan keadaan dari hal – hal yang tidak diinginkan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Noval salah satu perwakilan warga yang hadir menolak kegiatan ini mengatakan bahwa ini adalah kampanye kemaksiatan atas nama agama karena itu harus ditolak
“Acara ini digagas oleh orang – orang liberal, mereka ingin mengkampanyekan kesetaraan gender dan ini salah satu bentuk sosialisasinya. Mereka ingin membentuk opini, apalagi ini daerah kampung saya Pasar Minggu, saya tidak ingin kampung saya dikotori dengan kesesatan seperti ini,” jelas Noval pada hidayatullah.com di tempat acara. Dan malam itu, acara diskusi batal dilanjutkan.*