Hidayatullah.com–Bentrokan Sunni-Syi’ah masih menyimpan teka-teki. Sebagian media memberitakan kisah ini terkait hubungannya dengan masalah pribadi kakak-beradik yang memperebutkan perempuan. Namun sejumlah sumber terbaru ditemukan berbeda. Redaksi menurunkan tulisan dari sisi yang berbeda dengan harapan bisa menjadi rujukan baru semua pihak.
Seorang tokoh NU, KH. Ali Karrar Shinhaji, yang tak lain paman dari tokoh Syiah di Sampang, Tajul Muluk dan Roisul Hukama, mantan Syiah yang telah rujuk ke akidah ahlussunnah kepada hidayatullah.com Rabu (29/08/2012).
“Kisah asmara itu baru terjadi dua tahun lalu (2010), sedangkan penolakan umat Islam Sampang terhadap Syiah sudah sejak lama. Kami para Kiai di Sampang sudah memulai dialog dengan Syiah sejak tahun 2004,” kata Kyai Karrar, paman Tajul dan Rais dari pihak bapak ini.
Abuya Ali Kiai Karrar, demikian dia dipanggil, juga menampik rujuknya Rois disebabkan gagal mendapatkan perempuan yang diperebutkan dengan kakaknya, Tajul. kata Kiai Karrar, Rois urujuk ke Ahlus Sunnah karena dibujuk oleh mbahnya, Kiai Ahmad Nawawi pada tahun 2008 lalu.
“Jadi penolakan terhadap Syaih sudah sejak lama, dan bukan karena kisah asmara,” kata Kiai Karrar.
Yang membuat warga sangat marah kepada Tajul, karena Tajul selalu mengingkari janjinya untuk menghentikan penyebaran paham Syiah dengan mencela dan mengkafirkan para Sahabat Nabi juga para kyai setempat.
Sebagaimana diketahui, sebelum ramai-ramainya kerusuhan, tahun 2006, sekitar 50 ulama se-Madura telah memperingatkan akan adanya konflik ini dikarenakan perbedaan keyakinan. Tepat hari Senin 21 Muharram 1427 H atau bertepatan dengan tangga 20 Februari 2006, para ulama mengumumkan hasil temuan 22 jenis kekeliruan paham Tajul Muluk, setelah yang bersangkutan tidak bisa lagi dinasehati dan diajak kembali ke jalan yang benar. [baca: 22 Dakwaan yang Tuduhkan Pada Tajul Muluk yang telah disampaikan jauh sebelum akhirnya banyak disebut kasus ini dianggap urusan keluarga. [Baca juga: 50 Ulama Telah Ingatkan Tajul] sejak tahun 2006.*