Hidayatullah.com–Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Bahtiar Nasir, Lc mengemukakan kekagumannya atas antusiasme masyarakat Muslim di pulau Bali. Menurutnya, tidak ada masjid yang selalu ramai saat shalat subuh selain yang ia temukan di Denpasar Bali. Pernyataan ini disampaikannya usai mengadakan kegiatan safari dakwah bertema “Jendela Islam Indonesia Untuk Dunia” ke pulau tersebut.
“Setiap Subuh di Masjid Monang-maning Denpasar selalu dihadiri seribu jamaah untuk shalat, selama Ramadhan bahkan tiap hari sampai seribu tujuh ratusan orang shalat subuh,” jelas alumnus Universitas Islam Madinah ini kepada hidayatullah.com, Rabu (12/09/2012)
Bagi Bahtiar, Muslim Bali memiliki antusiasme yang tinggi dalam mendalami Islam. Namun, semua itu menjadi rumit sejak terjadinya ledakan Bom Bali.
Bagaimanapun, musibah itu ikut membawa dampak kurang bagi kaum Muslim Bali. Karenanya ia berharap dengan safari dakwah ini ia bisa meluruskan image Islam di mata umat non Muslim di Bali.
Seperti diketahui, dalam safari dakwah, Bahtiar Nasir bahkan harus masuk penjarauntuk mengunjungi para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Grobogan. [baca: Sekjen MIUMI, Bahtiar Nasir “Masuk Penjara”]
“Di sini saya mendapat jadwal mengisi shalat Jum’at, bagi saya dakwah adalah hak siapa saja termasuk para penghuni Lapas grobogan ini,” jelas Pimpinan Ar-Rahman Qur’anic Learning (AQL) Center ini kepada hidayatullah.com.
Selama berdakwah di penjara, Ustad Bahtiar terus mengingatkan para penghuni Lapas untuk optimis terhadap ampunan Allah. Para penghuni Lapas yang mengikutipun begitu khusyu mendengarkan. Menjadi seorang Muslim di Bali saat ini tidak seperti dulu menurut cerita warga kepadanya. Tindak-tanduk mereka sering dicurigai berlebihan. Wajah Islam yang selalu diidentikan dengan terorisme tidak kunjung hilang sejak tragedi bom.
“Karena itulah, dakwah di Bali ini harus diperkuat konsolidasinya. Peran ulama, pemuda dan masyarakat harus bersinergi membangun wajah Islam yang bisa meluruskan semua stigma negatif tersebut,” tambah Bahtiar.*