Hidayatullah.com–Empat alumnus Madrasah Aliyah (MA) Hidayatullah, Jogjakarta sedang diliputi rasa gembira. Tak lain, karena mereka akan bertolak ke Mesir dengan menggunakan penerbangan Etihad Airways dari Jakarta menuju Kairo guna menuntut ilmu agama.
Mereka akan segera menimba ilmu di Universitas Islam terkemuka dan bersejarah di dunia, Universitas Al Azhar Kairo. Keempat orang itu adalah; Joni Iskandar, Rino Juniardi, Ahmad Azzam Muttaqin, dan Ahmad Zaki Ibrahim. Keempat santri itu merupakan alumnus tahun 2012 ini.
Mereka tak menyangka bila akhirnya bisa menembus negeri pyramid tersebut. Pasalnya, mereka mengaku saat mengikuti tes masuk (muqabalah) dengan persiapan seadanya. Apalagi, kala itu muqabalah yang disediakan Al Azhar diikuti sekitar enam ribu lebih peserta dari berbagai Pondok Pesantren di seluruh Indo nesia. Sedangkan kuota yang disediakan hanya 200 kursi.
“Takdir memang sulit ditebak. Meski awalnya agak tak yakin, namun Allah berkehendak lain. Kami bisa menembus Al Azhar,” ujar Rino Juniardi atau yang akrab disapa Ridho kepada situs ini dengan senyum terlukis di wajahnya.
Senada dirasakan Joni Iskandar. Pria asal Garut, Jawa Barat yang akrab disapa Jundi ini awalnya juga tidak begitu yakin bisa lolos. Pasalnya, persiapan yang dilakukan tidak memadai. Selain sedikit waktu dan tidak ada pembimbing khusus. Jundi mengaku, hanya memperlancar hafalanya sebanyak tujuh juz dan membaca turats atau literatur berbahasa Arab. Apalagi kala itu Jundi masih punya tugas dari pesantren. Jadi praktis mereka mempersiapkannya sendiri.
“Sebelum tes masuk kami diamanahi kerja bakti membuat taman sekolah selama sepekan,” ujar pria yang rencananya akan mengambil jurusan Syari’ah dan bercita-cita menjadi ahli hukum Islam ini.
Senada dengan Ridho. Pria berusia 18 tahun asal Kota Gajah, Lampung Selatan ini juga tidak memiliki persiapan istimewa. Bahkan, katanya, ia mempersiapkan hafalnya saat di kereta dari Jogjakarta menuju Jakarta. Selama perjalanan yang cukup memakan waktu lama itu, ia memanfaatkannya untuk mengulangi hafalan al Quran.
“Alhamdulillah, saat itu aku bisa murajaah sampai tujuh juz,” ujarnya.
Bingung Biaya
Joni Iskandar, Rino Juniardi, Ahmad Azzam Muttaqin, dan Ahmad Zaki Ibrahim mengaku lega karena akhirnya mereka bisa lolos masuk kuliah di Universitas Al Azhar, Mesir. Tanggal 24 September besok, mereka semua akan berangkat menuju Kairo.
Hanya saja, kegembiraan Ridho, Jundi sedikit terkikis. Pasalnya, keduanya santri ini terbentur dengan biaya. Mereka bingung dengan apa berangkat dan kuliah universitas Islam tertua yang dibangun oleh Bani Fatimiyah ini.
Berbeda dengan kedua rekannya; Azam Muttaqim dan Zaki Ibrahim, di mana kedua orangtuanya adalah pejabat pemerintah yang tak lagi pusing soal biaya.
Ridho dan Jundi sebenarnya berharap bisa masuk 20 besar. Pasalnya, di angka ini akan mendapat beasiswa penuh. Jundi hanya bisa menembus angka urut 42 dan Ridho di nomor 192.
Keduanya menyangkan mengapa kuota beasiswa hanya dibatasi 20 orang. Menurutnya, jumlah ini sangat sedikit bila dibanding animo pelajar Indonesia yang cukup tinggi untuk belajar di kampus termana itu.
Kedua orangtua Jundi dan Ridho telah angkat tangan untuk membiayai kuliah mereka. Mereka hanya bisa mendukung doa.
“Orangtua sangat bahagia tahu aku lulus ke Al Azhar. Namun, bapak hanya bisa mendukung doa. Kalau biaya, bapak nggak mampu,” ujar Ridho kepada hidayatullah.com.
Ayah Ridho memiliki lima anak, pekerjaan sehari-harinya hanyalah mengurus ternak milik tetangganya. Sebulan, hanya memperoleh sekitar Rp 500 ribu. Jumlah itu jauh dari cukup untuk memenuhi keperluan semua keluarga.
Begitu juga dengan orangtua Jundi yang berprofesi sebagai petani kecil di ujung Garut, Jabar. Mendengar diterima, orangtuanya hanya bisa bahagia saat mendengar keberhasilan putra kesayanganya itu lulus di Al Azhar.
“Waktu itu, ibu hanya bilang, semoga Allah mempertemukanmu dengan orang-orang yang mencintaimu karena Allah,” ujarnya mengenang.
Alhamdulillah, jika tidak ada aral melintang, Senin, (24/09/2012) ini, mereka akan berangkat ke Mesir dan kuliah di Al Azhar setelah ada bantuan aghniya yang menyumpabang tiket perjalanan mereka. Namun, bukan berarti perjuangan telah usai.
Sebab, sesampainya di sana, Jundi dan Ridho mengaku harus berjuang untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan pokoknya, selain yang pasti, harus bergelut dengan ilmunya.
“Meski masih di Tanah Air. Tapi pikiranku sudah di Mesir. Aku harus berusaha untuk bisa hidup selama belajar di Mesir hingga lulus. Kalau bisa, seperti Azam, tokoh dalam Novel Ayat-Ayat Cinta-nya kang Abik: jualan tempe,” ujar Jundi sambil tersenyum.
Ridho dan Jundi adalah santri Hidayatullah sejak duduk di bangku MTs. Keduanya mendapat beasiswa penuh hingga lulus MA. Selama belajar, keduanya termasuk santri yang taat dan cerdas. Prestasi akademik bagus dan memiliki banyak hafalan. Selain lulus di Al Azhar, dua alumnus MA Hidayatullah juga ada yang diterima di LIPIA, Jakarta. Nah, siapa mau menjadi orangtua asuh mereka?*