Hidayatullah.com–Komisariat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) IAIN Sunan Ampel Surabaya merasa gerah atas stempel negatif terhadap kampus IAIN. Kampus Islam itu dikesankan banyak orang tidak merepresentasikan Islam yang benar.
“Kami merasa gerah atas dinamika pemikiran di IAIN yang cenderung liberal. Terlebih, ada anggapan kurang sedap terhadap kampus Islam tersebut,” ujar Ketua Komisariat KAMMI IAIN Surabaya, Decka Vertian Ginanjar, kepada hidayatullah.com.
Karena itu, untuk mengurai benang kusut tersebut, KAMMI IAIN Sunan Ampel mengadakan dialog tokoh “Tantangan Orientalis dalam Studi Islam” dengan pembicara dosen International Islamic University Malaysia (IIUM), Dr. Syamsuddin Arif. Acara itu terselenggara berkat bekerjasama dengan InPAS (Institut Pemikiran dan Peradaban Islam) Surabaya.
Kendati pertama kalinya KAMMI mengadakan acara seperti itu di IAIN, tapi, respon mahasiswa cukup menggembirakan. Dari 125 kursi yang disediakan, ternyata peserta membludak hingga 200 orang.
Ruang Auditorium Fakultas Syariah pun sesak oleh peserta. “Mereka kebanyakan mahasiswa dari Fakultas Ushuluddin. Fakultas itu yang selama ini intens terhadap pemikiran,” kata Deka.
Dr. Syamsuddin Arif mengatakan, kajian Islam yang dilakukan orientalis sarat dengan kepentingan politis dan ideologis. Karena itu, belajar Islam kepada orientalis perlu modal dan waspada.
Penulis buku “Orientalis dan Diabolisme Pemikiran” ini melarang mahasiswa yang ingin belajar Islam ke Barat. “Jika tidak memiliki modal cukup serta keberanian, lebih baik jangan belajar Islam ke Barat,” ujarnya.
Jelas, pernyataan Syamsuddin mengagetkan banyak peserta. Pasalnya, selama ini, banyak dosen yang belajar Islam justru ke Barat dan Eropa, bukan ke Timur Tengah. Dari sejumlah peserta yang bertanya, kebanyakan mengatakan, apa motif di balik kajian Islam oleh orientalis dan kunci menghadapi orientalis. [ans/hidayatullah.com]