Hidayatullah.com–Anak-anak Irian Jaya diharapkan bisa ambil bagian bagi dunia pers. Media massa Islam saat ini membutuhkan itu. Sebab, seringkali informasi seputar umat di tanah Papua tidak terpublikasi sesuai fakta.
Demikian pesan inti yang disampaikan Pemimpin Redaksi (Pemred) Kelompok Media Hidayatullah (KMH) Mahladi kepada puluhan mahasiswa-mahasiswi asal Nuu Waar (Irian Jaya) di aula serba guna Hidayatullah, Jalan Cipinang Cempedak 1/14 Polonia, Jakarta Timur, Kamis (4/10/2012) malam.
Menurut Mahladi, para mahasiswa tersebut memiliki potensi untuk menjadi wartawan. Sebab seorang anak kecil pun, kata dia, bisa menjadi “wartawan” saat melaporkan kejadian yang dialaminya kepada orangtuanya.
“Ketika antum semua mengobati pasien, antum semua adalah ‘wartawan’ ketika antum memberi tahu bahwa bagaimana cara mengobati pasien kepada orang lain. Perbedaannya adalah, jika kita terbiasa bercerita lewat lisan, coba kita ubah bercerita lewat tulisan,” jelas Pemred KMH kepada para lulusan akademi kebidanan dan keperawatan Medan, Sumatera Utara itu.
Mahladi pun mengajak anak-anak Nuu Waar untuk mulai mencoba menulis dan mengirimkannya kepada media-media Islam yang ada saat ini.
“Berilah kami informasi terhadap apa yang antum semua alami di sana (Irian Jaya), kejadian-kejadian apa yang terjadi di sana, yang kemudian informasi-informasi itu akan kita share ke semua orang. Sehingga informasi-informasi itu tidak tertutup, tetapi sekarang sudah terbuka,“ kata Mahladi.
Keterbukaan informasi tersebut misalnya, menurut Mahladi, selama ini masyarakat Jakarta mengidentikan Irian Jaya dengan Kristen. Padahal sekarang tidak lagi, justru cerita-cerita tentang Islam di sana sangat menarik. Namun, menurutnya, para wartawan Muslim di luar Irian Jaya kebanyakan tidak mendapatkan informasi tersebut.
“Persoalannya adalah, maukah kita berbagi kabar?” tambahnya.
Selain dapat mengabarkan persoalan umat Islam di Bumi Cenderawasih, dengan menjadi wartawan media Islam, putra-putri Papua bisa turut berdakwah kepada masyarakat melalui tulisan. Sebab, jelas Mahladi, dengan menulis dan menyebarkannya lewat media, maka tulisan tersebut akan dibaca oleh banyak orang. Walaupun tulisan itu ditulis sendirian di ruangan yang sepi.
Dengan berdakwah melalui tulisan, masih menurut Mahladi, akan menuai pahala dari orang-orang yang membacanya. Dia mencontohkan salah seorang perawi hadits termasyhur, Imam Bukhari. Meskipun beliau sudah tiada, tapi pahalanya terus mengalir melalui orang-orang yang memanfaatkan kitab-kitab hadits yang telah disusunnya.
“Itulah efektifnya berdakwah lewat tulisan,” ujar Mahladi.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 60 santri Yayasan Al-Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) mengunjungi kantor KMH. Mereka mendapat pembinaan selama tiga bulan di Jakarta sejak September lalu.
Ketua Umum AFKN Ustadz Fadzlan Garamatan berharap, putra-putri Nuu Waar tersebut mampu menyerap spirit jurnalisme Islam dari media milik KMH yang selama ini telah menyebar ke mana-mana.*