Hidayatullah.com–Pada dasarnya kebangkitan Islam dapat mengungguli peradaban lainnya dengan mengokohkan tauhid keimanan kepada Subhana Wata’ala.
“Keimanan harus kokoh baru kita bisa unggul, bukan yang lain,” demikian dikatakan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah Balikpapan, Abdul Ghofar Hadi, dalam ceramahnya di hadapan para santri, mahasiswa, dan jamaah di masjid Ar Riyadh Kampus Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Jum’at malam (22/03/2013).
Ghofar menjelaskan, di kalangan umat Islam ada yang berijtihad bahwa kebangkitan kembali superioritas Islam harus di mulai dari kemapanan ekonomi. Dengan alasan, misalnya, jika tetap miskin dan tidak berdaya, umat akan terus dikendalikan oleh pihak lain.
Ada juga yang berijtihad kebangkitan Islam harus dimulai dari pendidikan karena kebodohan telah membuat umat Islam sangat terpuruk. Wajar kemudian bermunculan lembaga-lembaga pendidikan yang “berlabel” Islam yang akhirnya acapkali lebih bernuansah komersial.
“Seolah-olah Islam hanya akan bangkit dengan ekonomi, atau hanya bisa bangkit dengan pendidikan. Apakah benar demikian?” tukas Ghofar.
Selain itu, lanjutnya, ada juga yang berijtihad bahwa kebangkitan Islam harus dimulai dari kekuasaan. Dengan berdalih bahwa dengan duduk di kursi kekuasaan barulah bisa secara leluasa menegakkan hukum dan keadilan. Maka berdirilah partai politk dengan mengusung nama Islam dengan dalih menegakkan kekuasaan Islam.
“Sekilas apa yang ada tersebut terkesan benar. Tapi di sana tersirat kesan pesismisme. Itulah yang kita lihat. Padahal persoalan utamanya adalah pada iman. Keimanan yang kokoh kepada Allah. Di situ mulanya akan melahirkan kebangkitan,” jelas Ghofar.
Karena itu ia berharap jamaah Hidayatullah harus hadir membangun pola komunitas hidup berkampus yang di dalamnya terbangun silaturrahim dan adab-adab Islam.
Kendati demikian, ia melanjutkan, bukan aspek ekonomi, lembaga pendidikan, dan kekuasaan politik, menjadi tidak penting. Itu semua tetap menempati posisi strategis, tetapi, semua itu dijalankan harus berlandaskan keimanan.
“Pendidikan dan lain lain itu hanyalah alat. Memang susah membedakan antara alat dan tujuan. Tentu hanya kita saja yang tahu. Tapi pertanyaannya, apa yang mendominasi gerak langkah kita selama ini apa. Apa yang sebenarnya menyibukkan kita selama ini, apakah benar-benar iman atau yang lain,” katanya.
Selanjutnya pada para santri Hidayatullah, Ghofar berpesan agar selalu menjaga tradisi perjuangan.
“Dan, kita yang lahir di sini, besar di sini, jangan sampai hanya menjadi kader biologis semata. Tapi harus jadi kader ideologis yang memiliki nilai lebih dari yang lain,” pungkasnya.*