Hidayatullah.com–Universitas Islam Madinah (UIM) Saudi Arabia bekerjasama dengan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta akan menggelar seminar ilmiah internasional di Jakarta yang dinisiatori “Khadimul Haramain” atau Pelayan Dua Tanah Suci, Raja Abdullah bin Abdul Aziz.
Demikian dikatakan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid, M.Ec, dalam sebuah pernyataan tertulisnya diterima hidayatullah.com di Kantor Atase Saudi Arabia di Jakarta, baru baru ini (08/05/2013).
Seminar ilmiah internasional yang rencananya akan digelar di Jakarta awal bulan Juni (4/06/2013) mendatang itu mengangkat tema besar; “Dialog Antar Agama dan Kebudayaan untuk Kemanusiaan dan Perdamaian Dunia” dengan kantor Atase Kedutaan Saudi Arabia di Indonesia yang menjadi fasilitatornya.
Edy Suandi mengatakan, inisiatif Pelayan Dua Tanah Suci atas digelarnya dialog bertaraf dunia ini memberikan penegasan kepada dunia bahwa Islam adalah agama keselamatan dan agama dialog yang menutup semua agama langit (samawi) dengan membawa prinsip prinsip agung untuk kebaikan manusia.
“Inisiatif ini juga bertujuan untuk meluruskan potret yang salah tentang Islam dan Negara yang melindungi dan melayani dua tanah suci sebagai tempat yang paling suci dalam Islam,” kata Profesor Edy Suandi.
Sehingga, terang dia, dalam rangka mengukuhkan usaha yang mulia itu dan ikut berpartisipasi dengan berbagai kegiatan, maka Universitas Islam Madinah dengan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta bekerjasama untuk menyelenggarakan seminar ilmiah internasional sehari ini yang rencananya akan digelar di Hotel Ritz Carlton Jakarta.
Sebelum ini, dialog yang serupa dan atas arahan Pelayan dua Tanah Suci Raja Abdullah telah dilaksanakan pula sebanyak 3 kali konferensi yaitu di Makkah, Vina, dan di Jenewa.
Edy Suandi menandaskan, perhelatan bertaraf internasional ini bertujuan untuk menjalin dialog antar agama dan kebudayaan dalam konteks kemanusiaan secara umum dan kerjasama dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia. Serta menghadapi tantangan yang mengancam keamanan di segala bidang, demikian Edy.*