Hidayatullah.com–PPM Manajemen bekerjasama dengan panitia Satu Abad Mr..Syafruddin Prawiranegara, menyelenggarakan seminar yang mengangkat pemikiran dan langkah ekonomi Mr.Syafruddin Prawiranegara.
Selain karena kedekatan emosional dengan Pak Syaf, begitu biasa disapa, PPM Manajemen merasa perlu banyak melakukan penggalian sosok Pak Syaf demi kehidupan bangsa.
“Bagi kami Pak syaf adalah pendiri PPM, sekaligus peletak nilai dasar pendidikan manajemen di Indonesia,” kata J. Riberu, Ketua Yayasan PPM di Gedung-B PPM Manajemen Jl. Menteng Raya No.9, Jakarta, Rabu (27/4).
Dalam acara tersebut hadir pula mantan Wapres H.M Jusuf Kalla yang menjadi keynote speaker pada acara tersebut. Jusuf Kalla menceritakan perkenalannya dengan Pak Syaf ketika masih kanak-kanak, dan menilai Pak syaf sebagai sosok yang berani mengambil keputusan dan mempunyai jiwa nasionalis yang kuat dalam bidang ekonomi. Hal ini tampak pada saat beliau mengambil keputusan membuat uang ORI (Oeang Republik Indonesia), alat tukar pertama yang dibuat bangsa Indonesia.
“Beliau tidak ingin bangsa yang baru merdeka ini menggunakan uang Jepang atau gulden,” ujar Kalla.
Lebih dari itu, kebijakan teknis yang dilakukan Syafruddin Prawiranegara pada masanya, substansinya menjaga keadaan stabil.
“Kestabilan tersebut termasuk menjaga inflasi,” ucap Kalla.
Menurut ia, kesalahan yang dinisbatkan kepada Syafruddin Prawiranegara akibat keterlibatannya dalam PRRI-Permesta harus ditinjau ulang, karena masalah pada saat itu begitu kompleks. Bukan niat Syafruddin Prawiranegara untuk mengkhianati bangsa ini, namun, memajukan bangsa ini.
“Intinya PRRI-permesta adalah keadilan daerah. Ini yang diinginkan Pak Syaf,” terang Ketua Umum PMI ini.
Tambahnya, sosok Syafruddin Prawiranegara harus menjadi tempat pelajaran generasi selanjutnya, karena beliau meyimpan nilai-nilai luhur sebagai pemimpin.
“Kita harus berguru kepada pengalaman-pengalaman beliau,” tegas Kalla.
Syafruddin Prawiranegara lahir di Serang, Banten, pada 28 Februari 1911 dan merupakan salah satu tokoh pendiri Indonesia yang terabaikan. Syarifuddin menjabat sebagai Presiden PDRI sejak 22 Desember 1948 sampai 13 Juli 1949.
Syarifuddin membuat keputusan penting dengan membentuk pemerintahan darurat pada saat Presiden Soekarno dan Wapres Muhammad Hatta beserta anggota kabinet ditangkap pasukan Belanda saat menduduki Ibu Kota Yogyakarta pada 19 Desember 1948.
A.M Fatwa, Ketua Pantia Satu Abad Syarfuddin Prawiranegara, mempunyai kesan tersendiri terhadap beliau, terutama sikap objektivitasnya di dalam berpolitik yang tidak pernah hilang, seperti dilakukan terhadap lawan politiknya Bung Karno ketika itu.
“Dalam menilai kebijaksanaan Bung Karno yang benar, yang benar dari Bung Karno, ia katakan sebagai kebenaran,” jelasnya.
Keteladanan yang kuat pada diri Syafruddin Prawiranegara, sangatlah wajar kata J Riberu, karena beliau lebih takut kepada Tuhan dengan berpegang pada QS. Ali Imron : 104, sehingga meninggalkan kesan yang mendalam.
“Syafruddin Prawiranegara sosok Homo ethicus dalam berpolitik sehingga tak heran ketika ia sedang melawan ketidakadilan sebuah kekuasaan,” katanya.
“Ia lebih memilih kebenaran dari pada kekuasaan. Ada resikonya, namun akan ditanggungnya,” tandas Riberu menirukan perkataan beliau.*