Hidayatullah.com–Agus Abdullah, anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) yang belum lama ini melakukan tugas peliputan ke Suriah memberikan kesaksian tentang keotoriteran pemerintah Bashar al-Assad.
“Dalam melanggengkan kekuasaannya Bashar melakukan berbagai upaya,” terang Agus dalam acara Halaqah Jurnalistik JITU, Jum’at (14/06/2013) sore di Jakarta.
Dari investigasi selama dua pekan di Suriah Agus menemukan beberapa fakta yang mengejutkan. Pertama, dalam upaya melanggengkan kekuasannya Bashar melakukan intervensi kurikulum pendidikan.
“Sejak awal kurikulum pendidikan diarahkan dan dirancang agar rakyat Suriah cinta kepada Bashar,” jelas Agus.
Selanjutnya, dibawah kepemimpinan Bashar, rakyat Suriah, khususnya pemuda dilarang untuk shalat berjama’ah di masjid-masjid.
“Shalat berjama’ah di masjid hanya diperbolehkan untuk para orangtua saja,” katanya.
Langkah ini dilakukan Bashar untuk meredam atau menumpulkan semangat perjuangan Islam pada generasi muda di Suriah. Karena, kata Agus, Bashar meyakini pemuda-pemuda yang memilki semangat perjuangan Islam dapat mengancam eksistensi kekuasaannya.
“Jika ada pemuda yang shalat subuh berjama’ah di Masjid paling tidak dua kali dalam sepekan maka langsung diawasi bahkan dicap fundamentalis dan dipenjara,” katanya lagi.
Maka, ketika konflik Suriah tengah berlangsung dan beberapa daerah dikuasai kelompok mujahidin, masjid-masjid di sana ‘mendadak’ ramai oleh pemuda-pemuda. “Ini seperti angin segar.”
Soal media massa, Bashar juga sangat tegas. “Media massa di sana dikuasai oleh rezim Bashar,” demikian Agus.*