Hidayatullah.com- Pemerintah melalui Kemenko Perekonomian menyebutkan bahwa Indonesia mempunyai luas lahan sagu terbesar di dunia. Terkait itu, pemerintah mengaku sedang mengembangkan sagu sebagai pangan pokok selain beras.
Disebutkan, dari 6,5 juta hektare lahan sagu di seluruh dunia, sebesar 5,5 juta hektare berada di Indonesia dan lebih dari 94,55 persen terfokus di wilayah Papua dengan luas 5,2 juta hektare.
Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, pengembangan sagu ini sejalan dengan kebijakan Presiden dalam melakukan pembangunan Indonesia melalui wilayah pinggiran.
“50,33 persen total luas tanaman sagu Indonesia berada di pulau Papua, maka pemerintah telah menjadikan program peningkatan pengelolaan sagu nasional sebagai salah satu program prioritas,” kata Menteri Agus pada konferensi pers virtual, Selasa (20/10/2020) kutip Anadolu Agency.
Pemerintah mengaku menjaga ketahanan pangan nasional lewat diversifikasi produk dan konsumsi dengan mengembangkan sagu sebagai salah satu pangan pokok yang berbasis kearifan lokal.
Menurutnya, pemerintah memasukkan sagu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang berarti bahwa sagu dinilai sebagai bagian penting dan strategis bagi ketahanan pangan nasional, khususnya dalam menghadapi krisis pangan seperti yang diperkirakan FAO.
Menteri Agus menyebut, saat ini posisi pangan Indonesia masih tergantung pada ketersediaan beras sehingga berpotensi terjadi kelangkaan pangan pada tahun 2050 jika tak ada pengembangan sumber pangan lain sebagai pasokan pangan nasional.
“Presiden Joko Widodo pun menekankan pentingnya peningkatan produksi bahan pangan dalam negeri agar rantai pasokan tak terganggu,” sebut sang menteri.
Kata Menteri, hilirisasi produk sagu pun diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat, penyerapan tenaga kerja, peningkatan potensi pajak, dan pendapatan asli daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah.
“Pemerintah berkomitmen untuk mengawal tumbuhnya industri yang berbasis sagu maupun sagu sebagai bahan pangan,” sebutnya.
Menurut Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud, jenis sagu yang tumbuh di tanah Papua mampu menghasilkan pati yang lebih tinggi dibandingkan sagu yang tumbuh di daerah lain.
Akan tetapi, dari segi konsumsi sagu terhitung masih sangat rendah yakni 0,4-0,5 kg/kapita/tahun, sementara konsumsi beras mencapai 95 kg/kapita/tahun, dan konsumsi tepung terigu meningkat tajam sampai 10-18 kg/kapita/tahun.
Selanjutnya, kontribusi sagu terhadap penyediaan lapangan pekerjaan mencapai 286.007 kepala keluarga petani sagu. Dalam hal kontribusi ekspor, nilai ekspor sagu di tahun 2019 sebesar Rp 108,89 miliar dengan total volume 26.625 ton.
Menurut Musdhalifah ada lima negara tujuan utama ekspor sagu Indonesia yakni India, Malaysia, Jepang, Thailand, dan Vietnam. Menurutnya, kondisi itu menunjukkan produk sagu Indonesia diminati pasar global.
“Sehingga perlu dikembangkan untuk meningkatkan daya saing produk, serta meningkatkan kontribusi ekspor sagu terhadap devisa negara,” imbuhnya.*