Hidayatullah.com —Betapa indahnya apabila umat Islam bersatu. Dengan bersatu, umat Islam akan kokoh layaknya sebuah bangunan. Dengan kekokohannya ia dengan penuh kasih sayang mentransformasikan nilai-nilai kemaslahatan untuk umat manusia. Demikian disampaikan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Sulawesi Selatan, Abdul Aziz Kahar Muzakkar.
“Persatuan umat Islam dibangun sebagaimana kokohnya sebuah bangunan yang di dalamnya mengandung banyak unsur tapi tidak ada yang punya tendensi selain karena Allah Ta’ala,” kata Abdul Aziz saat berbicara dalam acara “Halaqah Peradaban” di Masjid Ummul Quro, Kota Depok, Jawa Barat, Ahad (13/07/2013).
Pria yang juga pendiri Yayasan Al Bayan Makassar ini mengungkapkan, sebagai seorang Muslim kita tentu dituntut menjadi bagian komponen bangunan persatuan yang memberi manfaat.
“Tidak usah yang besar, kita terlibat sebagai pasir saja. Sehingga bangunan (persatuan, red) bisa kokoh dan indah,” katanya.
Ketika persatuan umat dalam kerangka tauhid telah menjadi orientasi dan destinasi, kata Aziz, maka tidak ada harapan pencapaian bagi seorang Muslim selain karena Allah Subhanahu Wata’ala semata.
“Sifat dasar kita sebagai manusia adalah meminta pertolongan Allah. Meminta pertolongan sama manusia boleh saja, tapi tetap Allah yang utama,” pesannya.
Dengan menelaah spirit yang terkandung di dalam Ummul Kitab surah Al Fatihah, Abdul Aziz mengingatkan bahwa kehidupan Islam adalah tegaknya peradaban manusia yang berkasih sayang.
“Jadi kalau ada orang Muslim bertemu dengan saudaranya saja susah sekali tersenyum, ia berarti belum berperadaban Islam,” ujarnya.
Ia mengatakan setiap Muslim selayaknya mensosialisasikan bahwa siapa saja yang tulus masuk ke dalam dekapan Islam akan merasakan suasana damai dan tenang itu.
Lebih jauh ia mengungkapkan Surah Al Fatihah apabila digali sarat sekali dengan nilai konsepsional untuk menuntun manusia agar selamat sentosa dunia akhirat yang diistilahkan Abdul Aziz sebagai peradaban Al Fatihah.
“Tantangan kita adalah bagaimana mengkaji dan menjabarkan Surah Al Fatihah ini menjadi sebuah sistem, konsep, pemikiran, atau landasan nilai yang betul-betul dapat diimplementasikan,” terangnya.
Peradaban Al Fatihah, menurut Aziz, adalah peradaban atau suatu sistem kehidupan yang segala sesuatunya berjalan karena dan demi Allah Subhanahu Wata’ala semata-mata.
“Artinya, tidak ada aktifitas yang dilakukan selain hanya karena Allah saja,” tandasnya.*