Hidayatullah.com — Organisasi masyarakat kalangan Syiah, Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) menyayangkan pemberitaan media Hidayatullah.com yang dinilai dia menyudutkan kelompok tersebut, termasuk perayaan Hari Assyura oleh pihaknya yang akan digelar esok.
“Beritanya seharusnya cover both side, tidak sepihak. Assyura adalah khasanah budaya bangsa, mas,” kata Sekjen IJABI Pusat Adi Bunardi kepada hidayatullah.com, Rabu (13/11/2013).
Sebagaimana diwartakan sebelumnya, kaum Syiah di Indonesia akan memperingati Hari Assyura di sejumlah wilayah di Indonesiaa. Rencana helatan upacara suci umat Syiah itu ditentang sejumlah pihak.
Adi Bunardi menegaskan, perayaan Assyuro adalah khazanah Indonesia yang harus dijaga dan dipertahankan. Karena itu, menurutnya, penentangan yang dilakukan secara tidak proporsional bisa merusak ukhuwwah Islamiyyah.
“Tidak perlu dipersoalkan dan dipertentangkan secara tidak proporsional. Apalagi dengan spanduk-spanduk yang provokatif seperti itu,” imbuhnya prihatin.
Sementara itu
Sementara itu, Ketua Umum DPP Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) Tengku Mohammad Faisal Amin, meminta kepada penganut aliran Syiah di Indonesia agar menjaga perasaan mayoritas penduduk Indonesia yang Sunni atau Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Ia menilai upacara peringatan Hari Asyuro bisa memunculkan potensi konflik horizontal. Sebab, tegas dia, Indonesia bukanlah tempatnya Syiah.
Menyinggung soal fatwa tentang Syiah yang dikeluarkan MUI Jawa Timur 2012 silam, Tengku Faizal mengatakan Majelis Ulama Indonesia merupakan perwakilan umat Islam di Indonesia. Sehingga keputusan MUI adalah keputusan yang membawa aspirasi daripada umat Islam.
“Jadi secara otomatis keputusan sesat Syiah itu juga menjadi keputusan bulat umat Islam Indonesia,” ujarnya dalam perbincangan dengan hidayatullah.com, Rabu (13/11/2013).
Menyinggung soal fatwa tentang Syiah yang dikeluarkan MUI Jawa Timur 2012 silam, Tengku Faizal mengatakan Majelis Ulama Indonesia merupakan perwakilan umat Islam di Indonesia. Sehingga keputusan MUI adalah keputusan yang membawa aspirasi daripada umat Islam.
“Jadi secara otomatis keputusan sesat Syiah itu juga menjadi keputusan bulat umat Islam Indonesia,” ujarnya.
Oleh karena itu, Tengku mengatakan Perti sebagai komponen bangsa mendesak pemerintah untuk senantiasa mengawal aspirasi mayoritas penduduk Indonesia itu.
Sekadar diketahui, Hari Asyuro adalah hari ke-10 pada bulan Muharram dalam kalender Islam. Hari Asyura selalu diperingati oleh umat Syiah karena anggapan Asyura merupakan hari berkabung atas meninggalnya Husain bin Ali, cucu dari Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam.
Di negara asalnya yaitu Iran, upacara ini kerap mempertontonkan kesadisan di mana pelakonnya melukai tubuh mereka sendiri.
Berbagai elemen umat Islam menilai perayaan Asysyuro sebaiknya tidak digelar di Indonesia. Sebab, dianggap rentan memantik perselisihan yang dapat saja berujung pada konfrontasi.*