Hidayatullah.com- Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Nurrohim atau lebih dikenal sebagai Pendiri Sekolah Master Indonesia turut menyoroti perkembangan berbagai aliran non-Islam di Indonesia.
Menurut Rohim, sapaannya, saat ini gerakan keagamaan seperti Syiah, Ahmadiyah dan yang lainnya bisa diminati banyak orang karena telah menjiplak akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Seperti rajin bersilaturahim dan rajin memberikan bantuan.
“Mereka bukan orang Islam, tetapi dalam kesehariannya menggunakan akhlak Rasulullah. Kayak Syiah, Ahmadiyah, mereka kan sudah jelas (sesatnya. Red),” ujarnya pada hidayatullah.com Rabu, (26/02/2014).
Menurutnya, gerakan-gerakan tersebut menggunakan pendekatan psikologis untuk menarik simpati umat yang lemah aqidahnya. Yaitu dengan mengedepankan akhlak dan sosial, serta menyasar kebutuhan dasar sehari-hari masyarakat.
“Sehingga mereka menjadi sosok yang dinanti. Sosok yang menjadi figur, teladan yang dirindukan. Itu yang kita lihat hari ini,” ujar pria yang juga anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat ini.
Dia mengatakan, pendekatan simpatik ala Nabi itulah yang sepatutnya dilakukan oleh gerakan-gerakan Islam. Namun kenyataannya kini, menurut Rohim, hal itu tidak dilakukan kebanyakan dai, Organisasi Massa (Ormas), maupun Partai Politik (Parpol) Islam.
“Itu kelemahan kita, jarang silaturahim menjaga ukhuwah umat,” ujarnya, lantas menganalogikan umat Islam seperti domba-domba yang memisahkan diri lalu diterkam serigala.
Akibatnya, saat ini muncul sikap apriori oleh umat Islam terhadap tokoh-tokoh maupun gerakan Islam sendiri. Misalnya ketidakpedulian terhadap pemimpin dan partai Islam.
“Inilah bentuk frustasi umat terhadap kepemimpinan umat Islam saat ini, atau (terhadap) para dai, tokoh-tokoh Islam,” ujarnya.
Akibat lainnya, lanjut Rohim, ketika sebagian besar umat Islam memerangi Syiah, Ahmadiyah dan sejenisnya, justru yang membela gerakan-gerakan tersebut adalah umat Islam juga.
“Seperti pengikut ajaran baru Lia Eden. Kita kan miris. Yang sudah jelas-jelas sesat aja banyak pengikutnya,” ketusnya mencontohkan.
Tantangan Umat
Namun, Rohim tidak bermaksud saling menyalahkan. Baginya, inilah tantangan dan pekerjaan rumah para dai maupun gerakan Islam.
“Ayo kita duduk bareng menyelesaikan masalah. Bagaimana Islam ini bisa tegak dalam diri kita, keluarga kita, dan masyarakat,” cetusnya menawarkan solusi.
Sebab, ujarnya, Islam bukan hanya soal hati atau bacaan al-Qur’an, tetapi aplikasi dalam keseharian.
“Sebagaimana Rasulullah itu al-Qur’an berjalan,” imbuhnya.
Rohim menilai, gerakan semacam Syiah saat ini sudah sangat membahayakan dan memprihatinkan. Mereka sudah masuk ke berbagai elemen masyarakat dan jajaran birokrat.
“Tinggal nunggu momentum saja. Tanpa disadari mereka sudah masuk ke tiang-tiang, atap-atap,” ujarnya mewanti-wanti.
Master, akronim dari masjid terminal telah mendidik ribuan anak dhuafa. Rohim mengaku, salah satu prinsipnya membangun Master sejak belasan tahun lalu adalah rajin menjalin silaturahim dengan berbagai kalangan.*