Hidayatullah.com–Selain membahas masalah kekinian di Timur Tengah, dalam “Tabligh Akbar Pengajian Politik Islam “ di Masjid Al Azhar, Ahad 30 Maret 2014, Dr Amien Rais mengaku resahkan banyaknya UU produk DPR dan Presiden yang menguntungkan pihak asing.
“Ambil secara random UU itu. Maka akan ditemukan bahwa kepentingan asing lebih didahulukan. Hampir semua UU merugikan bangsa sendiri,”ungkapnya dengan nada serius.
Pakar Timur Tengah ini menjelaskan lebih lanjut tentang keadilan ekonomi yang tidak di negeri Muslim ini.
“Pertamina dan Medco misalnya hanya menguasai 20 persen eksplorasi minyak di negeri ini. 80 persen dikuasai Exxon, Mobile Oil dan lain-lain,” terang Amien.
Begitu juga karena ‘terlalu cerdasnya’ pemerintah, sehingga pertambangan Freeport –pertambangan terbesar di dunia- pemerintah hanya dapat royalty 1%.
“Padahal ketika saya tanya penambang-penambang Australia yang kerja di sana apakah mereka keberatan jika pemerintah Indonesia mendapat royalti 7%? Mereka menyatakan tidak keberatan dan wajar,”papar Amien.
Suatu saat Amien berkunjung ke Riau dan diceritakan sama sahabat-sahabatnya di sana bahwa pabrik Pengolahan Gas di Natuna/Riau pipanya sampai ke Singapura.
Dan Singapura lah yang menentukan produksi gas di sana. Amien juga menjelaskan bahwa bila dirinya dan Fuad Bawazier misalnya mau membuat perusahaan penerbangan yang melewati Padang, Batam, Riau, Jakarta (rute dalam negeri) izinnya pun harus ke pemerintah Singapura.
Amien mengakui perjalanan reformasi 15 tahun ini dinilai bukan ‘so far so good’ tapi ‘so far so bad’.
“Kesenjangan antara orang kaya dan miskin makin melebar. Ada orang yang makan sampai kemlekaren (kekenyangan, red) tapi ada juga orang yang sampai siang hari tidak makan karena tidak ada makanan,”paparnya.
Karena itu, mengutip Sayidina Ali, Amien mengungkapkan bahwa orang yang sedang kelaparan tidak bisa diajak bicara tentang Surga dan Neraka.
“Beri makan dahulu, baru bisa diajak berfikir,”terangnya.
Amien menceritakan, suatu saat tahun 1955 ketika ia kelas 5 SD, berlangsung Pemilu. Ia ingat bahwa Partai Masyumi membuat ‘papan reklame’ tentang program-program Masyumi. Ia membaca di papan itu di antaranya tertera programnya memperbaiki jalan dan memperbanyak WC umum.
Kebetulan ada tukang kayu di sampingnya yang ikut membaca. Orang itu kemudian berkata sendiri (‘grenengan’):
“Memperbanyak WC umum, wong makan aja susah,”ujarnya.
Kedekatan dengan Yahudi
Selanjutnya, Amien kemudian mengutip Surat al-Baqarah 120. “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum engkau mengikuti agama/millah mereka. Katakanlah ”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).”
Amien menjelaskan bahwa dua millah itu tidak ridha dunia Islam tumbuh dengan alami.
Di Indonesia Amien juga menyorot fenomena adanya pemimpin yang mengaku Muslim, tapi dengan non Muslim dan Yahudi dekat sekali.
Fakta yang tidak terbantahkan bahwa Indonesia adalah negara Muslim yang terbesar di muka bumi. Dan di Indonesia ini, menurut Amien, masalah terbesar adalah tidak tegaknya keadilan.
Pakar politik Islam ini menyatakan bahwa Islam adalah “the religion justice”, maknanya umat Islam selalu resah terhadap ketidakadilan atau kezaliman. Karena itu Amien mengusulkan landasan bagi Muhammadiyah, NU dan Dewan Dakwah, di samping amar ma’ruf nahi munkar, perlu ditambah dengan ‘menegakkan keadilan dan menghilangkan kezaliman’.
Amien kemudian dengan fasih mengutip Surat Al A’raf 159, tentang keadilan.
“Dan diantara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk dengan kebenaran dan dengan itu pula mereka menjalankan keadilan.”
Amien juga menjelaskan bahwa adil itu adalah kosakata dari Al Qur’an. Tidak ada dalam bahasa Jawa, Batak dan lain-lain. Pancasila menyebut adil dua kali dalam silanya. Kemanusiaan yang adil dan beradab dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jadi menurut Amien, penting menegakkan keadilan ini di Indonesia. Apakah keadilan politik, keadilan ekonomi, keadilan hukum dan lain-lain di negeri ini.*