Hidayatullah.com–Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, setiap tahunnya ada sekitar 400 anak Indonesia menjadi korban kekerasan seksual, baik dilakukan oleh keluarga maupun orang dewasa lainnya.
“Mayoritas anak yang menjadi korban kekerasan seksual tersebut dari kaum pria, karena anak laki-laki rentan menjadi korban pelaku pelecehan seksual karena mudah terbujuk oleh si pelaku yang merupakan phedopolia,” kata Seketaris Jenderal KPAI, Erlinda, Sabtu (3/5/2014).
Menurut Erlinda, banyaknya kasus kekerasan kepada anak, paling utama disebabkan adanya kesempatan yang dimanfaatkan oleh pelaku serta pengawasan dari orang tua yang minim, sehingga si pelaku dengan mudah membujuk calon korbannya untuk melayani hasrat seksualnya tersebut.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pihak KPAI daerah, yang paling rawan terjadi kasus kekerasan seksual kepada anak adalah tempat-tempat wisata. Salah satu contohnya adalah kasus kekerasan sesual yang terjadi kepada puluhan anak di Kota Sukabumi yang dilakukan oleh tersangka AS.
Sesuai pengakuan dari tersangka dan korbannya, kekerasan seksual tersebut dilakukan di bekas tempat wisata pemandian air panas Lio Santa yang tidak jauh dari rumah korban dan tersangka.
“Adapun provinsi yang paling rawan terjadi kekerasan seksual terhadap anak-anak adalah Bali, lalu Medan, dan Nusa Tenggara Barat. Provinsi tersebut memiliki tempat wisata yang cukup eksotis dan biasanya banyak wisatawan baik asing maupun lokal yang datang ke daerah itu,” tambahnya.
Oleh karena itu, kata Erlinda, agar kasus ini tidak terulang kembali, yang paling utama adalah peran orang tua untuk menjaga komunikasi dengan anak serta meningkatkan peran keagamaan.
“Peran serta pemuka agama pun cukup tinggi untuk mengantisipasi terjadi kekerasan seksual terhadap anak, sebab agama merupakan salah satu benteng yang kokoh untuk menjaga seseorang berubah kebiasaannya,” katanya, diberitakan Investor Daily.
“Kasus seperti ini ibarat fenomena gunung es. Satu orang korban melapor, di belakangnya ada enam anak yang menjadi korban tetapi tidak melapor,” katanya.*