Hidayatullah.com–Identitas sebagai jurnalis Muslim, seharusnya tidak ditanggalkan hanya karena kepentingan bisnis semata. Jurnalis Muslim juga harus punya sikap jelas walaupun itu berseberangan dengan perusahaan tempatnya bekerja.
Hal itu terungkap pada diskusi “Peran Strategis Media Dalam Pencerdasan Perempuan-Tantangan Ideologis Di Tengah Rezim Neolib” di Gran Melia, Cikini, Jakarta Pusat belum lama ini.
“Kalau medianya media Islam sudah punya captive market. Ada-nggak ada-iklan, tetap laku. Tapi kalau media nasional, harus punya pemodal yang mau buang uang,” ungkap Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI), Iffah Ainur Rochmah.
Pernyataan Rochmah disampaikan melihat ketidakberanian pemberitaan media umum Indonesia untuk secara terang-terangan memihak pada Islam.
“Kita punya tanggungjawab keyakinan. Kita memiliki tanggungjawab amar ma’ruf nahi munkar. Juga tidak dibenarkan oleh Islam, jika melihat kemungkaran yang sifatnya sistemik, lalu kita mendiamkannya,” tukasnya. Iffah menjelaskan, identitas kemusliman seorang jurnalis seharusnya berpengaruh pada cara pandangnya. Selain Iffah acara ini juga diisi Redaktur Senior Harian Umum Republika, Andi Nur Aminah.*