Hidayatullah.com–Direktur Eksekutif Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Adnin Armas, menyatakan filsafat modern yang dipahami masyarakat awam secara mendasar memang berbeda dengan filsafat yang dibangun dengan kerangka Islam.
Hal ini disampaikan Adnin menanggapi asumsi umum umat Islam ketika hendak belajar filsafat. Karena tak sedikit yang mengatakan belajar ilmu filsafat itu berbahaya. Bahkan bisa membuat seseorang kufur kepada Tuhannya.
“Ungkapan itu bisa jadi benar jika yang dipelajari adalah filsafat umum seperti yang banyak beredar di berbagai kampus sekarang,” ucap Adnin menerangkan.
Menurut Adnin, justifikasi bahwa ilmu filsafat hanya membuat orang skeptis dan membangkang kepada Allah Subhanahu Wata’ala bisa terjadi ketika orang tersebut tak punya dasar sebelumnya tentang ajaran agama. Parahnya, sebab peradaban Barat kini menguasai seluruh media mainstream dan arus pemikiran yang ada.
“Alhasil filsafat modern ala Barat hanya melahirkan paham nilai relativisme, positifisme, perenialisme, sekularisme dan lain sebagainya,” ungkap Adnin di hadapan 30 peserta Kajian Filsafat Islam al-Attas (KFIA) beberapa waktu lalu.
Adnin yang lulusan International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), Malaysia ini berbagi tips jika umat Islam ingin selamat dalam belajar filsafat.
“Pelajarilah filsafat sebagaimana para ulama dahulu juga belajar filsafat,” ujarnya.
Setidaknya, kata Adnin, ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebelum belajar filsafat.
Pertama, adalah ilmu agama yang kuat. Syarat ini sesuatu yang mutlak dan tidak bisa ditawar lagi. Yaitu pemahaman yang benar tentang Al-Qur’an dan Hadits Nabi.
Kedua, kemampuan dialektika dan daya kritik yang kritis.
“Ini penting agar seseorang tidak menelan mentah-mentah setiap pemikiran orang Barat,” ucap Adnin.
Syarat ketiga, adanya guru atau ustadz yang membimbing selama belajar.
“Orang jadi tersesat dengan filsafat karena belajarnya tidak meniru sejarah (belajar) para ulama dahulu,” imbuh Adnin kembali.
Untuk diketahui, acara Kajian Filsafat Islam al-Attas (KFIA) digagas oleh Depok Islamic Study Circle (DISC) Masjid Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok.
Sedianya peserta angkatan ketiga ini menimba ilmu filsafat Islam secara intensif hingga bulan Juni nanti. Dengan rincian kajian sebanyak dua belas kali pertemuan rutin setiap pekan.
Selama masa belajar selama tiga bulan tersebut, para peserta dijadwal belajar berbagai materi filsafat Islam hingga tuntas.
Mulai dari materi Pengantar Kuliah Filsafat hingga Konsep Metafisika Barat yang disandingkan dengan Konsep Wujud ala Naquib al-Attas.
Selain itu peserta juga akan mempelajari wacana Epistemologi masa Yunanni Kuno, Abad Pertengahan, dan Epistemologi Modern, dan Pascamodernisme.
Dalam pertemuan berikutnya, peserta lalu mempelajari Perbandingan antara Epistemologi Barat dan Islam serta Kritik Tajam al-Attas terhadap produk barat tersebut.
Terakhir, Adnin menegaskan peran penting filsafat dalam budaya ilmu yang dibangun.
“Ketika sains tidak dikaitkan dengan kajian filsafat yang benar, jangan heran jika ilmu pengetahuan hari ini kian menjauhkan manusia dari Tuhannya,” papar Adnin yang sempat berguru langsung kepada tokoh Filsafat Melayu, Muhammad Syed Naquib al-Attas di Malaysia.
“Seharusnya sejak dini umat Islam sudah meyakini jika sumber ilmu tersebut dari wahyu, sebagai kebenaran mutlak yang dipunyai Allah Subhanahu Wata’ala,” pungkas Adnin kembali.
Rahman, pembina DISC Masjid Kampus UI, dalam kesempatan terpisah mengatakan alasan mengapa perlu ada kajian filsafat yang benar sesuai Islam.
“Umat Islam wajib giat menuntut ilmu. Sebab kita semua berkewajiban mengembalikan peran ilmu untuk membangun peradaban Islam,” ucapnya.*/Masykur Abu Jaulah