Hidayatullah.com- Pada masa-masa awal perjuangan Islam, umat Islam meraih kejayaan karena memiliki ghirah (semangat,red) dan militansi yang tinggi terhadap agama Islam, meskipun jumlah umat Islam saat itu minoritas (sedikit,red).
Keterangan itu disampaikan Direktur Eksekutif Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST), Adnin Armas saat memberikan tausyiah pada acara tabligh akbar yang bertajuk “Untuk Indonesia Yang Lebih Beradab”, di Ruang Utama Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan, belum lama ini.
“Mereka (umat Islam,red) yang minoritas tetapi mampu menaklukkan yang mayoritas saat itu, karena memiliki ghirah yang tinggi terhadap agama Islam,” ujar Adnin.
Menurut Adnin, dengan ghirah dan militansi tinggi itulah, umat Islam di masa-masa awal perjuangan mampu menghadapai berbagai macam kesulitan maupun penderitaan.
Selain itu, umat Islam juga mampu menaklukkan pasukan musuh seperti dari kerajaan Romawi, meskipun jumlah umat Islam jauh lebih sedikit dari pasukan musuh saat itu.
“Namun, berbeda dengan sekarang. Kita yang mayoritas, tetapi semangat dan militansi untuk membela Islam, kepedulian yang tinggi terhadap Islam, dan pemberian yang terbaik untuk Islam, itu masih sangat minim dikalangan umat Islam sendiri,” tegas Adnin.
Kondisi yang demikian itu, yang menurut Andin menjadikan Islam dan umatnya hingga hari ini menjadi lemah di berbagai bidang. Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi jika kondisi tersebut akan semakin parah pada masa generasi mendatang, apabila semangat keislaman tidak dibangkitkan mulai sejak dini.
“Jika agama Islam ini lemah yang akan terjadi bukan hanya bencana bagi umat Islam, tetapi juga bencana kemanusiaan bagi seluruhnya. Karena ini (Islam,red) adalah agama yang benar dan yang akan menyelamatkan umat manusia,” tegas Adnin.
Lebih lanjut lagi, Adnin mengatakan jika Islam sebagai satu-satunya agama yang benar itu dilemahkan dan akidah umatnya didangkalkan. Maka, lanjutnya, kelak tidak ada lagi yang bisa dijadikan pedoman oleh umat manusia. Sebab, menurtnya, kerusakan agama Islam berarti kerusakan umat manusia juga.
“Ini yang menjadi tantangan kita, baik secara individu maupun jama’ah. Kita harus menguatkan cinta kepada Islam agar agama ini (Islam,red) tetap memiliki kemuliaan seperti yang telah diraih oleh umat Islam terdahulu,” pungkas Adnin.
Dalam tabligh akbar yang diselenggarakan Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) bekerjasama dengan Panitia Penyelenggara Islamic Book Fair Masjid Raya Pondok Indah itu turut hadir pembicara lainnya seperti Ustad Fadhlan Garamathan, Ustad Jeje Zainuddin, Ustad Farid Okbah dan Ustad Zaitun Rasmin.*