Hidayatullah.com — Ormas kepemudaan Syabab Hidayatullah mendesak pemerintah Indonesia melakukan langkah-langkah progresif mencegah perlakukan diskriminatif melanggar hak asasi manusia (HAM) yang menimpa muslim Xinjiang, Cina.
Seperti diberitakan, umat Islam di kawasan mayoritas muslim di Xinjiang, Cina, pada Ramadhan ini dilarang berpuasa oleh pemerintah setempat. Partai Komunis Cina yang berkuasa bertahun-tahun telah melarang puasa di Xinjiang. Kawasan ini merupakan rumah bagi suku bangsa minoritas muslim Uighur.
“Kami sangat mengecam kebijakan tersebut karena bertentangan dengan hak asasi manusia,” Ketua Umum PP Syabab Hidayatullah Naspi Arsyad dalam keteragan persnya, Ahad (12/07/2015).
Kendati Pemerintah Cina telah membantah menyatakan tidak ada diskriminasi terhadap umat Islam di Cina melalui dubesnya di Indonesia belum lama ini, Naspi Arsyad, menilai tetap perlu dilakukan langkah-langkah tertentu untuk memastikan hubungan mutualisme kedua negara tetap selaras.
Pihaknya pun mengimbau kepada kaum muslimin yang sedang berpuasa untuk mendoakan saudara-saudara lainnya yang saat ini sedang mengalami cobaan.
Dikutip Aljazeera belum lama ini, Cina melarang para pegawai negeri sipil, murid sekolah, mahasiswa, dan guru, terutama yang tinggal di kawasan mayoritas muslim di Xinjiang, berpuasa selama bulan suci Ramadhan.
Bunyi pengumuman pemerintah di bilangan Jinghe, XInjiang, menyebutkan rumah makan di wilayah tersebut tetap beroperasi seperti biasa selama Ramadhan. Sementara situs pemerintah lokal di kawasan Bole mengumumkan, “Selama Ramadhan, masyarakat dilarang berpuasa atau melakukan kegiatan keagamaan lainnya.”
Kelompok hak asasi Uighur mengatakan aturan ketat Cina terhadap umat Islam di Xinjiang dapat memicu ketegangan di kawasan yang kerap dilanda bentrokan fisik, yang setakat kini telah menyebabkan ratusan orang terbunuh itu.
Cina menanggapi protes itu dengan enteng. Menurut pemerintah Negeri Tirai Bambu, mereka menghadapi ancaman terorisme di Xinjiang dan menyalahkan ekstremisme dalam agama sebagai penyebab tumbuhnya kekerasan di wilayah tersebut.
“Tujuan Cina melarang puasa yakni menjauhkan suku bangsa Uighur dari budaya muslim mereka selama bulan suci Ramadhan,” ucap Dilxat Rexit, juru bicara Kongres Uighur Dunia, di pengasingan.
“Larangan berpuasa menurut ajaran agama adalah provokasi dan hanya akan memicu ketidakstabilan dan konflik,” kata Rexit.
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini anak-anak juga dibatasi dalam Ramadan dan kegiatan keagamaan lainnya.