Hidayatullah.com– Pendidikan adalah cermin utuh sebuah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Jika manusianya bagus maka ada jaminan faktor yang lain jadi bagus pula.
Uraian itu disampaikan oleh Dr. Abas Mansur Tamam, Sekretaris Program Studi (Prodi) Ekonomi Islam Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor di Gedung KH. Sholeh Iskandar, UIKA Bogor, Jumat, (14/08/15).
Menurut Abas, modal utama itu adalah manusia yang baik dan berkualitas (insan adabiy). Jika manusia rusak, maka harapan tentang peradaban yang unggul itu jadi musnah.
Sebaliknya, meski sumber alam kurang mendukung, jika ditopang dengan kualitas manusia yang baik, hal itu bisa mendorong manusia kreatif berinovasi.
“Sebut saja Singapura, misalnya. Sebuah negara kecil yang bisa dikata tak punya sumber daya alam, tapi realitasnya ia memiliki fasilitas dan teknologi serba modern sekarang,” ucap Abas memberi contoh.
Di sinilah letak keunggulan peradaban Islam, lanjut Abas, sebab peradaban tersebut tak hanya dimaknai sebagai pembangunan atau kecanggihan teknologi semata.
Justru peradaban itu identik dengan ilmu yang menghasilkan kumpulan manusia beradab. Sebab, potensi alam dan semua keunggulan fasilitas itu bisa rusak dan runtuh seketika jika peradaban itu hanya dikuasai oleh orang-orang pintar tapi tidak beradab.
“Seharusnya kian tinggi ilmunya, makin beradab dirinya,” sambung Abas yang menulis disertasi S3 berjudul “Tren Liberal dalam Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia”.
Di hadapan mahasiswa Abas juga menerangkan beberapa faktor keunggulan peradaban Islam. Di antaranya, peradaban Islam tersebut berasas tauhid. Hal ini disebutnya sebagai prinsip dasar yang membedakan peradaban Islam dengan lainnya.
“Hasil berupa peradaban itu hanya sarana untuk menghambakan diri kepada Allah. Ia bukan tujuan utama bagi seorang Muslim,” terang Abas.
Selanjutnya, peradaban Islam yang dibangun umat Islam memiliki ciri khas yang lain. Yaitu, kekuatan moral dan akhlak yang agung. Tidak ada yang didzalimi atau dihinakan ketika Islam menguasai kehidupan ini. Hal ini berlaku bagi umat Islam dan non Muslim, dalam keadaan mayoritas atau minoritas sekalipun.
“Semuanya mendapatkan keberkahan, kemakmuran, dan ketenangan dalam hidupnya,” demikian Abas.*/Masykur Abu Jaulah