Hidayatullah.com- Kebutuhan ekonomi merupakan faktor penting dalam dakwah. Demikian salah satu intisari dari diskusi “Deklarasi dan Implementasi Garda Kota Megapolitan” di Masjid Ummul Quraa, Depok, Jawa Barat, Rabu, (30/12/2015).
Sebagai pembicara, mantan anggota DPD RI asal Kalimantan Timur, Drs Nursyamsa Hadis, mengatakan, program Garda Kota jangan sebatas statemen. Namun menjadi brand image dakwah di Jabodebek.
Di antara jalan mencapai itu, kata dia, “Para aktivisnya diantar untuk melek secara ekonomi.”
Menurutnya, gerakan dakwah itu bisa mengambil peluang ekonomi yang banyak terhidang. Misalnya dengan membuat program pelatihan olahraga ala Nabi, seperti memanah, berkuda, dan berenang.
Apalagi, selain sunnah, kata dia, “Olahraga ini bernilai ekonomis.”
Setelah para kader diproses spiritual dan finansialnya, ia yakin, gerakan dakwah akan lebih mulus, tak lagi terbebani persoalan ekonomi.
“Kalau kita lapar, kita tidak bisa makan dengan statemen-statemen ideologis semata. Kita butuh nasi untuk dimakan,” ujarnya mencontohkan urgensi ketahanan ekonomi.
Menurutnya, fungsi shalat seorang Muslim seiringan dengan kondisi sosialnya. Sebab dalam shalat, ia banyak berdoa kepada Allah, termasuk minta rezeki.
“Setiap kita shalat, proposal melulu. (Misalnya doa) ‘warzuqni, cukupkan rezekiku’,” ujarnya.
Pernikahan, Jalur Dakwah Non-struktural
Pembicara lainnya, Ustadz Naspi Arsyad, Lc, mengatakan, para dai harus punya kelapangan dada. Saat terjadi gesekan dalam berdakwah, jangan sakit hati.
“Kalau kita bicara sakit hati, Rasulullah orang pertama yang berhak sakit hati. Tapi kita ini mudah sakit hati, seakan-akan dakwah kita lebih berat dari Rasul,” ujarnya mewanti-wanti.
Ketua Umum PP Syabab Hidayatullah ini pun mengimbau, para aktivis Garda Kota agar rajin bersilaturahim ke berbagai kalangan.
Selain itu, mereka diimbau juga menempuh langkah non-struktural, seperti menjalin ikatan pernikahan dengan obyek dakwah.
Sementara itu, moderator diskusi, Muhammad Isnaini, menarik garis lurus bahwa eksistensi dakwah adalah terus bergerak.
“Yang paling penting adalah action. Meminjam istilah pakar ekonomi, yaitu 5 P, praktek, praktek, praktek, praktek, dan praktek,” ujar pebisnis muda ini.
Garda Kota merupakan istilah khusus dari Gerakan Dakwah Komunitas Taqarrub, sebuah usaha para aktivis Muslim untuk melesatkan dakwah di Jakarta dan sekitarnya.*