Hidayatullah.com–Bagi para penuntut ilmu, ada satu hal yang harus menjadi perhatian dan jangan sampai dilalaikan, yaitu mencari keberkahan ilmu.
Sebab, kualitas ilmu yang berkah, sekalipun sedikit dan baru ditempuh dalam waktu singkat, itu bisa mengalahkan kualitas ilmu yang telah dipelajari puluhan tahun lamanya.
Itu dikarenakan, Allah sendiri yang akan membimbing si pemilik ilmu menuju kebaikan demi kebaikan dengan ilmu yang dia kuasai.
Demikian Naspi Arsyad, Ketua Umum Syabab Hidayatullah, menuturkan, di depan jamaah shalat Maghrib di masjid Aqshal Madinah, P.P. Hidayatullah, Surabaya, Ahad (10/01/2016).
Dan untuk mendapatkan keberkahan itu, lanjutnya, adab menjadi pondasinya. Naspi menukil pernyataan Imam Malik yang menganjurkan bagi para penuntut ilmu untuk terlebih dahulu mempelajari adab sebelum mempelajari ilmu.
“Dan sayangnya, saat ini yang terjadi pada praktik pendidikan kita di Indonesia secara umum, justru kurang menekankan aspek adab,” ucapnya.
Naspi kemudian mengurai beberapa adab yang harus diperhatikan oleh para penuntut ilmu.
“Poin pertama yang harus diperhatikan oleh para penuntut ilmu adalah ikhlas,” urainya.
Dan yang dimaksud dengan ikhlas dalam menuntut ilmu itu ialah semata untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallahi).
“Dan ini adalah menifestasi atau sepirit yang terkandung dalam surat pertama turun dari al-Qur’an, yaitu al-Alaq ayat satu sampai lima.”
Tidak boleh seorang menuntut ilmu, jelasnya, ditujukan agar mendapat pengakuan dari masyarakat sebagai sosok yang alim. Allah dan Rasul-Nya mengancam dengan neraka bagi mereka yang menuntut ilmu dengan niat demikian.
Jadi, tambahnya, menuntut ilmu bukan untuk bersombong-sombong atau guna membangga-banggakan diri.
Dan yang harus menjadi perhatian, warning-nya, bahwa Orang yang sombong dengan ilmu itu lebih berbahaya dari orang yang sombong karena harta.
“Itu pernyataan dari Ibnu Qayyim”, tuturnya, “hal itu terjadi sebab orang yang sombong karena ilmu akan sangat sulit menerima kebenaran meski yang disampaikan adalah kebenaran. Tapi tidak demikian dengan orang yang sombong dikarenakan harta, mereka relatif lebih mudah menerima kebenaran.”
Untuk adab menuntut ilmu selanjutnya, yaitu tidak untuk mencari kemasyuran. Ia berpesan kepada para jamaah yang mayoritas santri, agar tidak usah galau dalam mencari ilmu hanya karena tidak dikenal oleh orang lain sebagai ahli ilmu.
Ia mengumpamakan dengan para sahabat. Katanya, betapa banyak para sahabat yang tidak dikenal oleh kaum muslimin dan tidak disebut nama mereka oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam dalam salah satu haditsnya sekalipun, namun mereka dijamin masuk surga.
Ia kemudian melengkapi penjelasannya dengan mengutip pernyataan dari imam Ahmad bin Hambal yang berkata, “Saya lebih suka tidak dikenal dan tinggal di lereng gunung, karena itu akan lebih mudah menjaga keikhlasan saya,” paparnya.
Perkara selanjutnya yang harus menjadi perhatian para penuntut ilmu, ialah memohon doa orang tua dan meminta atau mengharapkan ridha para ustadz/guru yang mengajarkan ilmu (shuhbatu al-ustadz).
Untuk soal menghormati para guru, Naspi menekankan agar para tholabul ilmu menjaga adab kepada mereka. Ia menghimbau, agar Jangan sampai menyakiti hati para pendidik barang sedikitpun.
“Ingat, satu kata saja seorang guru tidak ridha dengan apa yang dia ajarkan kepada muridnya, maka jangan pernah mengharap keberkahan ilmu,”Pungkasnya.*/Robinsah