Hidayatullah.com– Jika dipimpin gubernur yang Muslim, amanah, dan tidak korupsi, DKI Jakarta akan lebih baik. Demikian menurut Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Prof. Didin Hafidhuddin.
Ia mengatakan, banyak pemimpin daerah yang berhasil memimpin wilayahnya. Mereka Muslim yang jujur dan tidak korupsi.
“Cuma sekarang diopinikan tidak ada pemimpin Muslim yang seperti itu,” ujarnya kepada hidayatullah.com di sela-sela acara seminar nasional bertema “Penyusunan Panduan Ukhuwah Islamiyah” di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (25/04/2016).
Didin menyebut beberapa kepala daerah dimaksud, di antaranya Gubernur Jawa Barat, Gubernur NTB yang hafal al-Qur’an 30 juz, Bupati Bantaeng, serta Wali Kota Surabaya yang berjilbab.
Untuk kesekian kalinya, ia menegaskan, ungkapan “pemimpin kafir yang jujur lebih baik daripada pemimpin Muslim tapi korupsi” adalah pernyataan yang berbahaya. Sebelumnya, ia pernah menyatakan hal serupa. [Baca: Istilah Pemimpin Kafir yang Jujur Lebih Baik adalah Propaganda Berbahaya]
“Sebenarnya kita tidak ingin membawa kepada agama. Kita ingin yang sifatnya diterima semua pihak, punya kejujuran dan keberpihakan terhadap rakyat kecil. Tapi sekarang, kan, dikesankan demikian, seolah-olah kalau Muslim pasti korup. Itu menurut saya sangat berbahaya,” tukasnya.
Guru Besar IPB ini berpesan, siapa pun boleh menjadi pemimpin karena itu merupakan hak setiap warga negara.
Namun, kata dia, harus bersaing secara sehat, tidak membawa-bawa agama tetapi dengan niat atau tujuan negatif.
Secara pribadi, ia mengaku lebih setuju jika Indonesia, atau di daerah seperti DKI Jakarta, dipimpin oleh seorang Muslim daripada non-Muslim.
“Tetap kita mengedepankan pemimpin yang taat, Muslim, dan amanah. Kenapa Muslim? Karena mayoritas penduduk Jakarta, kan, Muslim, akan lebih baik pastinya,” pungkasnya.*