Hidayatullah.com– Penggusuran pemukiman warga oleh Pemprov DKI Jakarta di pinggir Sungai Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta Selatan, sempat diwarnai jatuhnya bendera Merah Putih, Rabu (28/09/2016).
Jatuhnya salah satu simbol negara Indonesia itu terjadi sekitar pukul 09.00 WIB, saat penggusuran yang dimulai sekitar pukul 07.00 WIB ini sudah separuh jalan.
Saat itu, di atas atap sebuah rumah beton bertingkat 2 yang akan digusur, terdapat sebuah bendera Merah Putih yang dipasang pada tiang bambu sepanjang 3 meteran.
Tepat di samping bagian depan rumah itu, berdiri sebuah tiang listrik berkabel yang posisinya miring ke arah rumah-rumah yang tak terkena penggusuran. Pemukiman yang akan digusur dengan yang tidak akan digusur memang berhadapan.
Sebelum merobohkan rumah itu, salah satu dari dua eksavator yang dikerahkan pada penggusuran tampak hendak memiringkan tiang listrik itu ke arah sebaliknya. Mungkin agar tiang listrik tak jatuh ke rumah yang tak akan digusur saat itu.
Rupanya, saat petugas operator eksavator dengan “tangan besinya” menggeser tiang listrik ke arah mendekati tiang bendera, kabel listrik mengenai bendera sehingga terjatuh di atas atap.
Hidayatullah.com sempat mengabadikan detik-detik kejadian tersebut.
Tak berapa lama setelah bendera jatuh, seorang petugas Satpol PP segera naik ke atap rumah itu melalui bantuan eksavator. Ia lalu mengambil bendera serta tiangnya dan dibawa turun.
Sejumlah petugas Satpol PP lainnya segera melepas ikatan bendera dari bambu lalu melipat dan menyimpannya di tas khusus.
“Ini sudah (bendera) ketiga (yang diamankan),” ujar seorang petugas Satpol PP kepada media ini.
Sementara itu, pengamatan media ini, sebuah mushalla di kawasan penggusuran sempat hampir akan ikut digusur.
Namun, petugas Satpol PP segera mengingatkan berkali-kali operator alat berat agar tidak menggusur mushalla.
“Ada mushalla! Ada mushalla!” seru sejumlah petugas kepada operator beberapa saat sebelum eksavator merobohkan sejumlah rumah yang berdempetan dengan mushalla.
Tampak Tidak Sengaja
Pantauan media ini, sebelum jatuhnya bendera, sebagian petugas berkali-kali meminta agar bendera itu diturunkan terlebih dahulu sebelum alat berat mendekat.
“Itu bendera sebaiknya diturunkan dulu,” ujar seorang polisi meski jaraknya tak terlalu dekat dengan alat berat.
Kejadian sempat jatuhnya salah satu bendera tampaknya di luar kesengajaan. Operator alat berat itu tidak bisa ditemui saat penggusuran karena selalu berada di balik kabin eksavator. Wartawan dan warga tidak diperkenankan mendekat.
Sebelum digusur, di kawasan Bukit Duri tersebut memang banyak bendera Merah Putih dipasang oleh warga di atap rumah-rumah.
Pengamatan hidayatullah.com, petugas tampak selalu berupaya mengantisipasi agar setiap bendera tidak jatuh atau terkena gusur. Petugas selalu mengamankan terlebih dahulu bendera itu sebelum rumah digusur.
Kejadian sempat jatuhnya bendera itu tak mengganggu proses penggusuran rumah dan bangunan warga.
Selain memasang bendera, warga Bukit Duri juga memasang sejumlah spanduk dan coretan di dinding rumah yang berisi aspirasi penolakan mereka atas penggusuran.
“Lebih baik di sini, rumah sendiri,” di antara coretan aspirasi warga korban penggusuran. [Baca juga: Ditolak Warga, Pemprov DKI Jakarta Tetap Gusur Pemukiman Bukit Duri]*