Hidayatullah.com– Aktivis Lingkungan, Yayat Afianto berharap, pemerintah Indonesia dapat lebih mandiri dalam menanggulangi ancaman kerusakan lingkungan hidup dan menghadapi perubahan iklim.
Menurut Yayat, pemerintah jangan lagi berharap bantuan internasional mengalir ke Indonesia yang malah menjadikan bangsa Indonesia manja akan bantuan perubahan iklim tersebut.
“Posisi tawar Indonesia dalam isu lingkungan hidup yang lebih penting lagi ya bangun kemandirian di tingkat masyarakat lokal, jadi masyarakat punya kekuatan untuk melakukan penanggulangan kerusakan lingkungan hidup secara mandiri, tidak tergantung pada dana-dana dari luar.
Ini problem sebab dana-dana yang dikucurkan itu membuat kita manja dan berharap terus menerus ada bantuan yang masuk ke Indonesia, padahal semangatnya adalah jangan sampai kerusakan itu terjadi ” tutur Yayat dalam wawancara di Jakarta, Rabu (08/11/2017) lansir RRI.
Baca: Din Syamsuddin Serukan Aksi Bersama dalam Deklarasikan Perubahan Iklim di Turki
Meskipun Indonesia masih berharap bantuan dari luar untuk menanggulangi kerusakan hutan di tanah air, Yayat menyarankan hal itu dapat dialokasikan kepada kegiatan capacity building (pembangunan kapasitas) masyarakat lokal dalam penyadaran akan bahayanya kerusakan lingkungan hidup.
“Banyak kegiatan kami yang membuat masyarakat menjadi mandiri dan itu kami dampingi dan kita lihat ada beberapa kementerian yang mengurangi dana untuk capacity building itu, kementerian hanya bangun sarana dan prasarana lingkungan padahal, kan, peningkatan kapasitas di tingkat masyarakat juga penting. Jadi fokus pemerintah jangan hanya bangun itu saja,” tuturnya.
Sebelumnya tahun 2016 lalu, Badan Direksi Bank Dunia telah menyetujui bantuan hibah senilai $ 22 juta kepada Indonesia untuk memperkuat pengelolaan hutan tropis, pengentasan kemiskinan di antara masyarakat yang kebergantungan pada hutan guna mata pencahariannya dan menekan kerusakan lingkungan. Sebab menurutnya Indonesia adalah negara dengan area hutan tropis terbesar ketiga di dunia.*