Hidayatullah.com– Sekjen Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jawa Timur, Muhammad Yunus, menyoroti adanya kesan beda perlakuan oleh aparat kepolisian dan para petinggi negara dalam menyikapi kasus penyerangan yang menimpa para tokoh Islam dengan penyerangan terhadap pastur dan gereja di Sleman, Yogyakarta, baru-baru ini.
Ia menyebut, saat kejadian penyerangan pastur dan gereja di Sleman, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dan banyak pejabat negara langsung angkat bicara mengecam kejadian tersebut. Bahkan pelaku dikatakan kelompok radikal. Sedangkan, pelaku penyerangan terhadap tokoh Islam dan ulama dengan cepat disimpulkan adalah orang gila.
“Ini potensi konflik luar biasa. Ketika ulama diserang dan terancam tidak ada penyataan yang jelas dan penyikapan yang proporsional,” ujar Yunis kepada hidayatullah.com melalui sambungan telepon kemarin.
Baca: Ketua MPR Minta Polri-BIN Cegah Penyerangan Ulama Terulang
Yunus mengungkapkan, kesan beda penyikapan tersebut justru berdampak bahaya. Yakni masyarakat akan merasa terdzalimi, tidak puas, dan tidak percaya terhadap aparat penegak hukum.
“Ini sangat berbahaya. Oleh karena itu polisi jangan main-main, karena bisa berpotensi kerawanan keamanan bahkan bisa chaos,” imbuhnya.
Belum lagi, tambahnya, fenomena yang menyebabkan kegaduhan ini terjadi mendekati momen Pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019 yang diprediksi menambah kerawanan keamanan.
“Karenanya perlu penanganan yang objektif dan proporsional,” pungkasnya.*