Hidayatullah.com– Pemerintah Indonesia akan menggelar program Voyage to Indonesia dalam acara Annual Meeting (AM) IMF-World Bank di Bali, Oktober mendatang.
Voyage to Indonesia akan memperlihatkan berbagai capaian yang diraih Indonesia selama 20 tahun terakhir dan kondisi ekonomi Indonesia setelah krisis ekonomi 1998.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, memandang, meski acara itu bertujuan menarik lebih banyak investor, khususnya investor asing ke Indonesia, tapi jumlah anggarannya cukup jumbo, yakni Rp 810 miliar.
Baca: Ichsanudin Noorsy: Jokowi Naikkan Harga BBM Atas Tekanan IMF
“Dikhawatirkan ini sekedar showcasing alias pamer yang tidak pada tempatnya. Karena di sisi yang lain penduduk miskin jumlahnya masih 26,5 juta orang. Kalau Rp 810 miliar tadi digunakan untuk dana perlindungan sosial tentu bisa lebih efektif,” ujarnya kepada hidayatullah.com, Kamis (01/03/2018).
Menurutnya, pemerintah harus mencermati agenda IMF dalam pertemuan akbar nanti. Jangan sampai, kata Bhima, ada kebijakan liberalisme yang disisipkan dan diadopsi Indonesia. Seperti privatisasi BUMN, penambahan utang, dan liberalisasi jasa keuangan.
“Kita sudah tidak lagi berutang ke IMF, jadi posisikan IMF sederajat dengan Indonesia,” tegasnya.* Andi