Hidayatullah.com–Banyak hal menarik dalam rangkaian acara Safari Dakwah Ukhuwah Ustadz Abdul Somad (UAS) di kawasan Malang Raya (Kamis-Jumat, 22-23 Maret 2018).
Misalnya berkumpulnya para ulama, habaib, kyai, dan tokoh-tokoh lintas organisasi dan lembaga dalam satu majelis. Penggarapan acaranya digotong ramai-ramai oleh para aktivis lintas organisasi. Ribuan jamaah yang hadir pun berasal dari berbagai macam latar belakang.
Nah, jika diperhatikan, UAS kemana-mana selalu bersama 2 orang sahabatnya. Yakni Ustadz Abdullah Sholeh al-Hadrami dan KH Abdul Wachid Ghozali (Gus Wahid). Apa yang menarik?
UAS selama ini dikenal sebagai da’i berlatar belakang Nahdlatul Ulama (NU). Dosen di UIN Suska Riau ini pernah menjadi Sekretaris Bahtsul Masa’il PW NU Riau, juga menjadi pengurus Majelis Indonesia (MUI) Riau.
Baca: Ustadz Abdul Somad: “Mari Kita Cari Titik Persamaan, Bukan Perbedaan”
Ustadz Abdullah Sholeh al-Hadrami adalah murid langsung Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin di Arab Saudi. Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Husnul Khotimah Malang ini seringkali disebut sebagai da’i Salafy.
Sedangkan Gus Wahid adalah putra kyai besar sehingga lahir, tumbuh, dan berkembang di lingkungan pesantren. Sosok yang dikenal sebagai penasihat spiritual komunitas Arema –fans sepakbola—ini dikenal akrab dengan para kyai, habaib, dan para tokoh dari berbagai latar belakang organisasi dan lembaga.
Meski berbeda latar belakang dan pandangan, ketiganya selalu nempel seperti perangko.
“Beliau berdua menjemput saya sejak di bandara. Bahkan kami tidur sekamar, meski beda kasur,” canda UAS di hadapan jamaah tabligh akbar di Masjid An-Nur Jagalan, Malang (23/3/2018).
“Dalam beberapa hal yang tidak prinsip, saya berbeda pandangan dengan UAS dan Gus Wahid. Namun itu tak menghalangi persaudaraan dan keakraban di antara kami,” ujar Abdullah.
Abdullah bahkan seringkali menganjurkan jamaah pengajiannya agar membaca buku 37 Masalah Populer karya UAS.
“Saya sendiri tidak semuanya sependapat dengan isi buku itu. Tapi itu perlu dibaca agar kita tahu bahwa orang yang berbeda pandangan dengan kita pun punya hujjah (argumentasi) dari para ulama. Dengan begitu, pandangan kita menjadi luas, tidak sempit, dan kita bisa bersikap lapang dalam menyikapi perbedaan,” urai Abdullah Sholeh Hadromi.
“Apa yang sering disampaikan oleh UAS dan Ustadz Abdullah itu bagus dan ada dalilnya. Jika ada beda pandangan, mari kita saling menghormati. Itulah sebabnya di antara kami tetap terjalin persahabatan yang erat bagaikan saudara kandung,” kata Gus Wahid.
Tak heran jika ketiganya selalu lengket di semua agenda Safari Dakwah UAS di Malang Raya. Mulai sejak UAS tiba di bandara, acara kajian dan dialog tokoh di Universitas Brawijaya, tabligh akbar di Perumahan Grand Permata Jingga, tabligh akbar di Masjid An-Nur, dan berbagai kegiatan di sela-sela acara utama. Di penginapan pun, mereka bertiga selalu bersama.
Menurut UAS, ada satu hal penting yang diperlukan dalam merajut ukhuwah, yakni akhlaqul karimah.
“Beliau berdua itu akhlaqnya bagus, tawadhu’, masya Allah. Akhlaq inilah yang menautkan hati kita, meski punya pandangan yang berbeda,” ujarnya.*/Pambudi Utomo