Hidayatullah.com– Kasus intoleransi yang menimpa warga dan masjid Muhammadiyah di Desa/Gampong Sangso, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh, masih terus terjadi. Demikian diungkapkan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah yang baru-baru ini berkunjung ke sana.
Dahnil mengaku bergetar hatinya tatkala menyaksikan rangkaian rekaman kasus intoleransi tersebut.
“Ketika melihat deretan Foto dan narasi yang dikirimkan, Ketua PDM Bireun, hati saya bergetar, tak sadar saya menitikkan air mata, kagum dan hormat kepada warga Muhammadiyah Samalanga Bireun, warga yang sempat saya kunjungi, dan sempat saya dengar keluh kesahnya,” ungkap Dahnil dalam penuturan tertulisnya diterima hidayatullah.com, Selasa pekan ini.
Ia pun teringat bisikan seorang tua renta warga Muhammadiyah Samalanga yang mengatakan kepadanya, “Nak, bantu kami ya, kami mau ada Masjid Taqwa disini, dan akan terus berjuang.”
Baca: Pemuda Muhammadiyah Aceh Kecam Pembakaran Lokasi Pengajian dan Tiang Masjid
“Adakah aku sebagai anak muda menyimpan api jihad dan perjuangan seperti mereka? Atau jangan-jangan aku hanya disibukkan dengan masalah kepentingan diri sendiri. Kepentingan politik-politikan pilkada, kepentingan politik-politikan KPU-Bawaslu, atau kepentingan jangka pendek lainnya, meninggalkan Ruhul ikhlas dan ruhul jihad berIslam dan berMuhammadiyah. Tengoklah mereka. Nin. Berkacalah kepada mereka Nin. Gumam ku,” ungkap Anin, panggilannya.
Ia bertutur, warga Muhammadiyah Samalanga, Bireun, Nangroe Aceh Darussalam, membangun kembali fondasi masjid yang dulu sempat dibakar oleh sekelompok orang yang tidak siap berbeda.
“Dan pembakarnya belum ditangkap sampai sekarang oleh polisi meski warga tahu siapa pelakunya,” ungkapnya.
Bahkan, ketika sedang melakukan gotong royong, warga Muhammadiyah setempat sempat didatangi Muspika Samalanga yang meminta kerja dihentikan. Namun bapak-bapak warga Muhammadiyah menolak dan tetap melanjutkan gotong royong, karena pembangunan sudah mendapat IMB dan izin lainnya.
Baca: PP Muhammadiyah Ingatkan Umat Tidak Mudah Menfitnah dan Menuduh
Untuk menghindari kembali dibakar, warga Muhammadiyah Cabang Samalanga berjaga malam, secara bergantian akan kembali bergotong royong membangun masjid yang mereka cita-citakan.
“Saya kagum dengan militansi warga Muhammadiyah Samalanga,” ungkapnya.
Bapak-bapak pun bergotong royong membangun kembali masjidnya di bawah ancaman pembunuhan dan perusakan. Sementara ibu-ibu dari Aisyiyah bergotong royong menyediakan makanan dan minuman.
“Karena mereka minoritas di sana, maka jangan berharap politisi datang ikut mendukung dan melindungi mereka secara politik, saya dari jauh akan terus mengawal dan memastikan hak-hak warga Muhammadiyah di sana terlindungi,” masih ungkap Dahnil.
Baca: Muhammadiyah Bireuen Tunda Pembangunan Masjid, Tuntut Proses Hukum
Diberitakan hidayatullah.com sebelumnya, tindakan intoleran terhadap area pembangunan masjid milik ormas Muhammadiyah Kabupaten Bireuen, Aceh kembali terjadi.
Lokasi pengajian dan tiang-tiang cakar ayam pembangunan Masjid At Taqwa Muhammadiyah di Desa Sangso, Kecamatan Samalanga, itu dibakar sekelompok massa semalam, Selasa (17/10/2017), sekitar pukul 20.00 WIB.
Pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bireun Athailah Lathief menuturkan, sejak awal pembangunan Masjid At-Taqwa Muhammadiyah, terjadi penolakan oleh sekelompok orang.
Baca: Muhammadiyah Akui Isu Wahabi Digunakan sebagai Amunisi Memojokkan Kelompok Lain
Pembakaran semalam ini, sambungnya, adalah kali kedua terjadi setelah sebelumnya terjadi pada Juli lalu. Padahal, terang Athailah, proses pembangunan masjid sudah cukup lama dimulai.
Yakni sejak 3 tahun yang lalu, berupa pembebasan tanah seluas 2.700 m dengan wakaf tunai jamaah Muhammadiyah hingga bersertifikat tanah Persyarikatan Muhammadiyah. Lalu pengurusan IMB, pembuatan talut dan jalan menuju lokasi lahan masjid, pembersihan lahan, sampai pembuatan arah kiblat oleh Kemenag Bireuen.
Temuan Muhammadiyah menunjukkan, kasus yang terjadi ini akibat adanya ketidaksiapan masyarakat melihat adanya perbedaan masalah furu’iyah. Sehingga munculnya isu dan stigma wahabi kepada kelompok yang dianggap berbeda.
Baca: Muhammadiyah: “Jangan Jadikan Stigma Wahabi sebagai Komoditas Politik”
Informasi yang diperoleh Muhammadiyah di lapangan, menunjukkan adanya kesenjangan komunikasi dan adanya salah persepsi tentang hakekat dan jati diri Muhammadiyah hanya karena adanya kemiripan ibadah.
“Ada pihak-pihak tertentu yang menuduh Muhammadiyah sebagai gerakan Wahabi. Kemiripan tertentu secara amaliah antara Muhammadiyah dengan kelompok lain yang tak persis sama dengan mainstream lokal yang ada barangkali dianggap sebagai pembenaran atas isu tersebut,” demikian pernyataan – Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah KH Fathurrahman Kamal Lc MSi Kamal kepada hidayatullah.com, Kamis (26/10/2017).
Padahal dalam masyarakat yang plural, tak dapat dihindari adanya perbedaan-perbedaan tertentu di internal umat Islam.
Masalahnya, menurut Muhammadiyah, saat ini, isu wahabi dipolitisir. Yang ujungnya, digunakan sebagai amunisi mendiskreditkan kelompok yang dianggap sebagai pesaingnya.
“Sebab digunakan oleh pihak-pihak tertentu sebagai amunisi untuk mendiskreditkan kelompok yang dianggap sebagai rival dan pesaingnya,” ujarnya.*
Baca juga: Lokasi Pengajian dan Tiang Masjid Muhammadiyah Dibakar Sekelompok Orang