Hidayatullah.com– Wacana Presiden Joko Widodo mengundang maskapai asing untuk bersaing di industri penerbangan domestik sebagai upaya untuk menurunkan tarif tiket pesawat, tampaknya perlu dikaji lebih dalam.
Selama belum ada regulasi yang mengatur tarif tiket pesawat, kebijakan itu bisa jadi bumerang bagi maskapai domestik.
“Menurut saya permasalahan tarif tiket ini harus ada regulasi yang mengatur. Enggak bisa kalau diatur oleh maskapai. Masak negara diatur oleh maskapai,” tegas Wakil Ketua Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo sesaat sebelum mengikuti Rapat Paripurna di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (11/06/2019).
Selama formula tarif tiket pesawat tidak diubah, keberadaan maskapai asing hanya akan membuat maskapai domestik hancur.
“Yang tahu formula tarif tiket kan kita, formula sebenarnya ada di kita. Bila mengundang maskapai asing dan formulanya enggak diubah, ya mereka (maskapai domestik) nanti yang hancur,” ujarnya.
Politisi fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya dengan keberadaan maskapai asing untuk bersaing di pasar penerbangan domestik.
Ia menyarankan agar pemerintah fokus memperkuat dan membuka peluang investasi bagi maskapai domestik serta memperbaiki suplai avtur.
“Mengundang maskapai asing bukan justru menambah permasalahan baru. Tarif tiket maskapai kita pasti kalah. Kenapa? Karena mereka beli avtur di luar negeri yang tarifnya lebih murah daripada di Indonesia,” tandas legislator dapil Jawa Timur I itu.
Ia menambahkan pemerintah harus memikirkan bagaimana caranya agar tarif tiket sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat.
“Banyak keluhan di masyarakat dan akibatnya wisatawan turun loh. Target wisatawan cuma terbenuhi 25 persen, berarti ada ekonomi daerah yang turun. Saya kira ini harus dibuat regulasi yang baik,” pungkasnya lansir Parlementaria.
Maskapai China Akan Serbu Indonesia?
Sebelumnya, polemik harga tiket pesawat yang mahal dan tak kunjung turun seperti semula tampaknya belum akan berakhir. Pemerintah pun mulai menyiapkan strategi cadangan seperti terlihat dari rencana Presiden Jokowi mengundang maskapai asing sebagai salah satu cara agar harga tiket pesawat domestik turun seperti semula. Undangan tersebut pun spontan disambut antusias oleh 28 perusahaan maskapai China.
Walau kebijakan tersebut menuai kekhawatiran dari maskapai domestik, sepertinya usulan Jokowi ini tetap akan berjalan terus. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bahkan memberikan apresiasi atas usulan Jokowi tersebut sebagai ide yang bagus.
“Ya, ide Pak Presiden bagus sekali, kita akan mempelajari. Insya Allah itu bisa dilaksanakan tentunya memperhatikan asas cabotage,” katanya, (03/06/2019) di Jakarta.
“Perusahaan asing itu harus memiliki perusahaan dulu di sini di mana dimiliki oleh Indonesia 51 persen, juga terus mengikuti syarat-syarat lain,” katanya.
Menurut Menhub, kebijakan tersebut tidak perlu mengganti undang-undang yang ada dan berlaku. “Enggak perlu diganti, yang lain ikut saja. Saya pikir ide yang bagus dari Presiden Jokowi,” katanya.
Pernyataan tersebut menyusul pernyataan Presiden Jokowi yang akan mengundang maskapai-maskapai baru untuk membuka rute domestik. “Tujuannya, konsumen nantinya bisa memiliki lebih banyak pilihan,” kata Jokowi.
Selain itu, menurut Presiden, maskapai juga semakin efisien, sehingga berdampak terhadap harga tiket pesawat yang semakin terjangkau. “Kita akan perbanyak kompetisi ini, sehingga mereka (maskapai asing) akan semakin efisien,” tambahnya. “Maskapai asing bisa mendirikan perusahaan (perseroan terbatas) dan membuka rute-rute domestik,” kata Jokowi.
Sementara itu saat ini, kata Budi Karya Sumadi, maskapai asing yang telah membuka rute penerbangan domestik adalah Indonesia AirAsia di mana 49,25 persen sahamnya dimiliki oleh AirAsia Investment Ltd.
Budi Sumadi juga menambahkan, 28 maskapai China mulai dari Air China Ltd., dan China Southern Airlines Co. Ltd., China Eastern Airlines Corp Ltd dan yang lainnya sudah mengajukan keinginannya berinvestasi di sektor jasa penerbangan tersebut.
Sementara itu pakar penerbangan China Li Xiaojin menyatakan, tawaran Indonesia untuk memenuhi penerbangan domestiknya akan sangat membantu keterpurukan maskapai China selama ini. “China telah mengandangkan 96 pesawat, yang merupakan sekitar 4 persen dari pesawatnya. Pendaratan itu menyebabkan kerugian besar bagi maskapai China,” katanya seperti dikutip INI-Net dari Reuters.
Li memperkirakan kerugian harian yang diderita maskapai akibat mengandangkan pesawat Boeing mencapai sekitar 100 ribu yuan atau sekitar US$14.470 per pesawat akan dapat terpenuhi apabila bisa menguasai jasa penerbangan di Indonesia.*