Hidayatullah.com– Hingga Sabtu (28/09/2019), belasan ribu warga Maluku masih mengungsi di berbagai titik di berbagai daerah yang terdampak gempa berkekuatan magnitudo 6,5 pada Kamis (26/09/2019).
Kondisi para pengungsi cukup memperihatinkan.
Koresponden hidayatullah.com Ambon, Zulkarnain, dari Desa Liang, Kecamatan Sirimau, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, melaporkan, banyak pengungsi yang tersebar di berbagai titik termasuk di hutan-hutan.
“Pengungsi yang banyak namun kurangnya donasi dan manajemen pengungsi di lapangan,” lapornya, Sabtu (28/09/2019).
Para pengungsi masih membutuhkan bantuan darurat, di saat masalah kesehatan terus membayangi mereka, terutama anak-anak dan orangtua lanjut usia.
Berdasarkan keterangan dari Kepala Puskesmas Desa Liang, Farida Sangadji, ketersediaan obat-obatan untuk para pengungsi setempat terbatas. Mereka mengeluhkan keterbatasan obat-obat, makanan pendamping ASI (MPASI), dan susu formula.
BPBD Provinsi Maluku menginformasikan jumlah korban meninggal dunia yang telah dilakukan pengecekan ulang per Jumat (27/09/2019) pukul 10.01 WIT. Data mutakhir korban meninggal dunia akibat gempa M 6,5 Kamis (26/09/2019) lalu berjumlah 18 orang. Korban meninggal tertinggi teridentifikasi berada di Kabupaten Maluku Tengah sejumlah 10 orang, di Kota Ambon berjumlah 7 orang dan Seram Bagian Barat 2 orang.
Gempa utama yang terjadi di kedalaman 10 km itu juga menimbulkan korban luka sebanyak 126 orang, dengan rincian Kabupaten Maluku Tengah 108 orang, Seram Bagian Barat 13 dan Kota Ambon 5. Para korban luka-luka telah mendapatkan perawatan medis pascakejadian.
“Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarluaskan melalui kanal informasi yang resmi,” ujar Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo dalam siaran persnya, Jumat kemarin.
BMKG telah menyatakan bahwa isu akan terjadi gempa besar dan tsunami di Ambon, Teluk Piru, dan Saparua adalah tidak benar atau berita bohong (hoax), sebab, hingga kini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempabumi dengan tepat, dan akurat kapan, dimana dan berapa kekuatannya.
BNPB memberikan bantuan dana siap pakai sebesar Rp 1 miliar yang digunakan untuk operasional penanganan darurat. Selain itu, BNPB juga memberikan bantuan logistik senilai Rp 515 juta. Bantuan logistik berupa matras, sandang, perlengkapan keluarga dan selimut sangat dibutuhkan warga terdampak sesuai dengan hasil kaji cepat. Selain itu, peralatan digerakkan selama penanganan darurat seperti tenda keluarga, lampu penerangan portabel dan rumah sakit lapangan.
Sementara itu, salah satu poin Kepala BNPB dalam konferensi pers di hadapan media menyampaikan, saat ada gempa besar terjadi lebih dari 20 detik, masyarakat harus secara otomatis mencari lokasi aman. Setelah sekian lama, 2 jam tidak ada gempa susulan yang besar, mereka dapat kembali ke rumah masing-masing.
“Jika terlalu lama di tempat pengungsian, dapat muncul masalah baru seperti makanan, kesehatan, sanitasi dan lainnya,” sebut Doni.*