Hidayatullah.com– Warga masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) menunjukkan kepeduliannya terhadap korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua khususnya warga Minang.
Warga Sumbar berhasil menggalang dana yang pada semalam melambung menjadi sebesar Rp 3,1 miliar, setelah Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menginisiasi acara Badoncek.
Badoncek merupakan tradisi dalam budaya Minangkabau untuk memberikan sesuatu kepada pihak lain sebagai wujud kebersamaan.
“Alhamdulillah, kepedulian warga Sumbar di kampung dan di rantau sangat terlihat. Dalam semalam bantuan terkumpul Rp 3,1 miliar,” ujar Irwan, Rabu (02/10/2019).
Baca: Setop Krisis Papua, Din Dorong Sinergi Pemerintah-Tokoh Agama
Ia mengatakan, bantuan yang terkumpul itu beragam. Ada yang datang dari perorangan tokoh masyarakat, dari organisasi kemasyarakatan dan ada yang berasal dari pemerintah daerah.
Para penyumbang, lansir Antaranews, di antaranya dari organisasi seperti Gebu Minang, Perkumpulan Keluarga Kabupaten Solok, Indo Jalito, Ikatan Warga Gadut, Masjid Jamik Fatahillah Blok B Tanah Abang.
Lalu Alumni SMP Sawahlunto, ustadzah peduli negeri, Hotel Balairung, Ikatan Keluarga Minang Bekasi dan Sekitarnya (IKMBS), Ikatan Keluarga Pesisir Selatan (IKPS), Ikatan Keluarga Rao-Rao dan Bank Nagari.
Baca: 3.213 Warga Mengungsi dari Wamena, Situasi Disebut Mulai Kondusif
Sedangkan dari pemerintah daerah antara lain Kabupaten Tanah Datar, Kota solok, Kota Payokumbuah, dan lain sebagainya.
Ada juga sumbangan pribadi dari banyak tokoh, seperti penyanyi Elly Kasim, mantan Kepala Bappenas Andrinof Chaniago, mantan Wakil Mendiknas Fasli Jalal, Hamdani dari Kemendagri, keluarga Syaiful Amir, Wali Kota Solok Zul Elfian, dan sebagainya.
Gubernur Irwan pun sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kepedulian masyarakat Sumbar itu.
Gubernur berharap bantuan tersebut bisa meringankan beban perantau di Wamena.
Baca: Fadli: Negara Absen, Belum Ada Ungkapan Duka Jokowi Soal Papua
Sebelum badoncek, semua tokoh yang hadir mendengarkan paparan kondisi perantau di Wamena dan keinginan para pengungsi yang lebih dari 1.000 orang tersebut pulang ke kampung halaman.
Alternatif yang dimiliki menurutnya dengan menggunakan kapal laut karena jika menggunakan pesawat anggarannya luar biasa besar.*