Hidayatullah.com– Berbagai elemen masyarakat Aceh menggelar aksi turun jalan menyatakan pembelaan mereka terhadap Muslim Uighur yang banyak dilaporkan tertindas di China.
Aksi yang dipusatkan di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Selasa (24/12/2019) ini dikawal ketat aparat kepolisian.
Ketika aksi sedang digelar, kepolisian menutup satu persimpangan pada lalu lintas tersebut. Peserta unjuk rasa, selain kalangan Muslim, juga diikuti seorang warga keturunan Tionghoa.
Pada unjuk rasa itu, massa mengusung spanduk bertuliskan “Bebaskan Muslim Uyghur” dan “Terima Kasih dari Rakyat Aceh untuk Mesut Ozil, pesepak bola Arsenal dan Khabib Nurmaged, petarung Rusia”.
Harianto, peserta aksi dari warga keturunan Tionghoa, menegaskan bahwa tidak menolerir penindasan terhadap Muslim Uighur di China.
“Kami sangat prihatin bila ada umat beragama di muka bumi ditindas dan dizalimi. Beredarnya informasi mengenai penindasan Muslim Uighur di China membuat kehidupan bermasyarakat dan berbangsa terasa kurang nyaman,” ungkap pria berusia 39 tahun ini kutip Antaranews.
Baca: Ketua MPR RI di Saudi: Rakyat Indonesia Mengutuk Tindakan China Terhadap Uighur
Ia pun meminta Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Aceh berperan aktif meminta penjelasan konkret dari Pemerintah China untuk disampaikan kepada publik dunia.
“Kami juga meminta pemerintah memfasilitasi untuk memantau langsung kondisi sebenarnya serta meminta keterangan langsung dari Pemerintah China dan Muslim Uighur,” sebutnya.
Koordinator aksi, Reki bin Nyak Wang saat berorasi mendesak Pemerintah Indonesia bersikap dan membantu Muslim Uighur yang ditindas oleh Pemerintah China.
“Apa yang dilakukan terhadap Muslim Uighur merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Selama ini, hanya Aceh yang melaksanakan syariat Islam selalu dituduh melanggar HAM. Padahal, apa yang dilakukan terhadap Muslim Uighur lebih parah lagi,” ujar Reki.
Baca: Amnesty: Pelanggaran HAM Terhadap Muslim Uighur Dilakukan Sistematis
Massa pun meminta Presiden Joko Widodo memperjuangkan supaya Muslim Uighur terlepas dari penindasan pemerintah China.
“Kami juga mendesak Pemerintah Aceh ikut berperan membantu Muslim Uighur. Masyarakat Aceh hidup sangat toleransi dan berdampingan dengan siapa saja,” ujarnya.
Tidak terjadi kemacetan akibat unjuk rasa elemen masyarakat Aceh tersebut.*