Hidayatullah.com– Gunung Api Taal yang meletus dan mengeluarkan material vulkanik berupa uap, abu dan batuan kecil setinggi hingga 1 kilometer di Batangas, Filipina, Ahad (12/01/2019), mengakibatkan sebanyak 6.000 warga setempat dievakuasi.
Sementara itu hingga Senin (13/01/2020) belum ada laporan warga negara Indonesia (WNI) yang jadi korban bencana gunung meletus tersebut.
“Berdasarkan laporan sementara, belum ada laporan mengenai abu vulkanik yang mencapai wilayah Indonesia dari wilayah perbatasan terdekat Filipina, Sangihe di Sulawesi Utara,” Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB RI, Agus Wibowo melaporkan dalam keterangan panjang resminya di Jakarta, Senin siang pukul 12.08 WIB pantauan hidayatullah.com.
BNPB RI melaporkan, otoritas setempat telah mengeluarkan peringatan dini agar warga dan turis segera mengevakuasi diri dari tiga wilayah yang paling dekat dengan kawah yakni, Tagaytay, Batangas, dan Cavite.
Pihak Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs) telah menetapkan status bahaya level 4 sejak Ahad (12/01/2020), yang berarti erupsi gunungapi Taal masih dapat berlangsung beberapa jam kemudian bahkan hingga berhari-hari.
Phivolcs juga merekam adanya gempa bumi yang dirasakan hingga mengeluarkan suara gemuruh di sekitar kaldera dan sejumlah desa di Agoncillo, Batangas.
Menurut keterangan resmi dari Phivolcs kepada media, muntahan material vulkanik menutupi wilayah Barat Daya. Hingga saat ini belum ada laporan terkait jatuhnya korban di wilayah terdampak.
Pemerintah setempat mengimbau warga agar selalu mengenakan masker mengingat abu vulkanik yang dikeluarkan akibat erupsi tersebut sangat pekat.
Menurut Juru bicara kepresidenan Salvador Panelo, Presiden Rodrigo Duterte telah meminta agar warga segera dievakuasi. Pemerintah pusat memberi jaminan bersama pemerintah daerah untuk memastikan keselamatan warga menjadi yang utama.
“Sejak Minggu (12/1) pukul 05.30 sore waktu setempat, sekitar 6.000 penduduk telah dievakuasi menggunakan perahu motor dan ambulance kapal, dari pulau gunungapi ke wilayah Nicolas, Talisay, Agoncillo, dan Laurel hingga hari ini,” kata Alex Masiglat juru bicara otoritas bencana alam Batangas masih dilaporkan BNPB RI.
Kemudian menurut Badan Pengurangan Risiko dan Manajemen Bencana Alam Filipina melaporkan bahwa 6.000 penduduk tersebut telah dievakuasi ke Batangas, dan paling banyak berasal dari San Nicolas, Balete, dan Talisay.
Pemerintah daerah setempat juga sudah mengevakuasi penduduk ke tepi danau di Batangas dan Tagaytay, Provinsi Cavite, yang merupakan wilayah dengan spot pemandangan Gunungapi Taal terbaik.
Sekretaris otoritas Pariwisata, Bernadette Romullo-Puyat telah meminta para wisatawan meninggalkan lokasi Tagaytay-Batangas-Cavite untuk alasan keamanan. Wisatawan lokal mengamankan diri dengan memakai payung sebagaimana abu vulkanik yang terus turun akibat erupsi.
“Langit menjadi merah kecoklatan dan kita bisa mendengar butiran debu bercampur kerikil jatuh di atas atap,” ujar Lawrence Ramos, warga Dasmarinas City, Provinsi Cavite yang berjarak sekitar 30 kilometer dari gunungapi.
Debu vulkanik tersebut juga menyelimuti Silang dan Amadeo di Cavite dan Calamba, Santa Rosa dan San Pedro City di Provinsi Laguna. Sejumlah sekolah di regional Calabarzon, Luson Tengah, dan Metro Manila diliburkan demi alasan keselamatan.
Seluruh penerbangan yang melalui Gunungapi Taal dibatalkan karena muntahan abu vulkanik dapat membahayakan pesawat. Otoritas Bandara Internasional Ninoy Aquino di Manila memberitahukan kepada maskapai agar membatalkan penerbangan demi alasan keamanan dan keselamatan.
Oleh karena itu, para calon penumpang pesawat diminta agar menghubungi pihak maskapai untuk koordinasi lebih lanjut hingga imbauan larangan penerbangan dicabut.
Untuk diketahui, Taal merupakan gunung berapi paling aktif kedua di Filipina dengan 34 letusan yang tercatat dan terakhir terjadi pada tahun 1977 dan tidak menyebabkan korban atau kerusakan.
Adapun dua dari letusan paling merusak dari erupsi Taal terjadi pada tahun 1911, menewaskan 1.335 orang, dan pada tahun 1965, menewaskan sekitar 200 di desa-desa terdekat.
Juru Bicara KBRI Manila, Agus Buana mengatakan, belum ada WNI yang dilaporkan mengalami luka ataupun meninggal akibat bencana alam itu. Walau begitu, otoritas RI di Manila akan membantu proses WNI yang berniat kembali ke Jakarta.
“Karena sejumlah penerbangan dibatalkan oleh maskapai penerbangan,” ujarnya kepada media, Senin (13/01/2020) kutip INI-Net di Jakarta.
Agus mempersilakan WNI untuk menempati penginapan di KBRI selama menunggu jadwal pemberangkatan hari berikutnya. Pihaknya pun berkoordinasi terkait kemungkinan persiapan evakuasi pada Senin ini.
“Ada sekitar 50 mahasiswa Indonesia (di Manila),” ujarnya.
Agus menyebut, ada kurang lebih 50 mahasiswa S1 Indonesia di Advent University of Philippines, 120 mahasiswa S2 dan S3 Indonesia di AIAAS, beserta keluarga mereka. “Kedua tempat (perguruan tinggi) ini hanya berjarak 14 km dari pusat letusan.”
KBRI pun mengimbau agar seluruh WNI di Filipina mematuhi peringatan bencana yang disampaikan oleh pemerintah setempat, mengingat letusan gunung api Taal berkategori 4, yang menyebabkan debu tebal dan pekat dengan tremor vulkanik.
BNPB RI menjelaskan, Gunung Api Taal termasuk dalam jenis stratovolcano dan menjadi salah satu gunung api terkecil di dunia. Gunung api itu merupakan salah satu dari sekitar dua lusin gunung berapi aktif di Filipina, yang terletak di “Cincin Api,” sebuah wilayah seismik aktif di bumi yang rentan terhadap gempa bumi dan letusan gunung berapi.*