Hidayatullah.com– Keluarga besar, zuriah (keturunan), dan pencinta Masyumi dari berbagai provinsi, dari Aceh hingga Indonesia bagian timur, menjalin Silaturahim Nasional (Silatnas).
Silaturahim dan Urun Rembug Keluarga Besar Masyumi ini digelar di Aula Dewan Dakwah, Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat pada Sabtu (07/03/2020). Tujuan acara ini, selain sebagai ajang silaturahim, juga untuk mempersiapkan pendirian partai Islam baru.
Silatnas ini dalam rangka menyambut wacana melahirkan kembali Partai Masyumi baru atau yang populer disebut “Masyumi Reborn”.
Baca: Muhammadiyah: 3 Faktor untuk Melahirkan Partai “Masyumi Baru”
Dalam acara yang diikuti sekitar 300 orang ini, turut hadir sejumlah tokoh aktivis dan nasional. Antara lain KH Abdul Rasyid bin Abdullah Syafi’i, Abdullah Hehamahua, Sri Bintang Pamungkas, MS Ka’ban, Taufik Ismail, Ridwan Saidi, Eggi Sudjana, Lukman Hakim, Joko Edhi, Abbas Thoha, Bachtiar Khamsah, Khoirul Anas, Nurdiati Akma, Muhammad Al-Khaththath, Harada Nurdin, dan lain sebagainya.
Salah seorang aktivis asal Bekasi, Jawa Barat, Hidayatullah yang turut menghadiri acara tersebut menaruh harapan terhadap “Masyumi Reborn” bagi perpolitikan umat Islam di negeri ini.
“Semoga bisa hadir partai baru yang berideologis Islam, yang bisa menjadi harapan baru umat Islam dalam saluran politiknya,” ujarnya kepada hidayatullah.com setelah acara tersebut.
Baca: Din Dorong Kongres Umat Islam Lahirkan Parpol Islam Tunggal
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas termasuk yang mendukung Partai “Masyumi Reborn”. Anwar mengatakan, Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Setiap orang punya hak untuk berkumpul dan menyampaikan pendapatnya.
“Oleh karena itu, kalau ada sekelompok orang yang ingin mendirikan partai dengan keinginan untuk membangkitkan kembali cita-cita dari partai lama yang pernah berjaya seperti Masyumi reborn ini, ya itu sah-sah saja dan dijamin serta dilindungi oleh undang-undang,” ujar Anwar dalam pernyataan tertulisnya diterima hidayatullah.com Jakarta, Kamis (05/03/2020).
Sebelumnya, dalam Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), Prof Din Syamsuddin, mendorong agar umat Islam mencetuskan satu partai politik Islam sebagai kendaraan politik umat yang mayoritas di Indonesia ini.
“Agenda politik umat Islam perlu mengambil beberapa opsi pendekatan: Pertama, mendorong adanya partai politik Islam tunggal yang secara formal berfungsi sebagai kendaraan politik tokoh-tokoh umat Islam dan sarana artikulasi aspirasi politik umat Islam,” ujar Din dalam pidatonya pada Sidang Pleno III KUII ke-7 di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Kamis (27/02/2020).
Baca: MUI “Sambut” Usulan Din Bentuk Partai Politik Islam Tunggal
Diketahui, Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau disingkat Masyumi, adalah sebuah partai politik Islam terbesar di Indonesia selama Era Demokrasi Liberal di Indonesia. Partai ini dilarang pada tahun 1960 oleh Presiden Sukarno karena diduga mendukung pemberontakan PRRI.
Menurut Wikipedia, Masyumi adalah nama yang diberikan kepada sebuah organisasi yang dibentuk oleh Jepang yang menduduki Indonesia pada tahun 1943 dalam upaya mereka untuk mengendalikan umat Islam di Indonesia. Tidak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 7 November 1945 sebuah organisasi baru bernama Masyumi terbentuk. Dalam waktu kurang dari setahun, partai ini menjadi partai politik terbesar di Indonesia. Masyumi termasuk dalam kategori organisasi Islam, sama seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Selama periode demokrasi liberal, para anggota Masyumi duduk di Dewan Perwakilan Rakyat dan beberapa anggota dari partai ini terpilih sebagai Perdana Menteri Indonesia, seperti Muhammad Natsir dan Burhanuddin Harahap.
Masyumi menduduki posisi kedua dalam pemilihan umum 1955. Mereka memenangkan 7.903.886 suara, mewakili 20,9% suara rakyat, dan meraih 57 kursi di parlemen.
Masyumi termasuk populer di daerah modernis Islam seperti Sumatera Barat, Jakarta, dan Aceh. 51,3% suara Masyumi berasal dari Jawa, tetapi Masyumi merupakan partai dominan untuk daerah-daerah di luar Jawa, dan merupakan partai terdepan bagi sepertiga orang yang tinggal di luar Jawa. Di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, Masyumi memperoleh jumlah suara yang signifikan. Di Sumatera, 42,8% memilih Masyumi, kemudian jumlah suara untuk Kalimantan mencapai 32%, sedangkan untuk Sulawesi mencapai angka 33,9%.* (SKR)