Hidayatullah.com– Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) melalui diskusi virtual bertajuk “Pertaruhan New Normal di Tengah Pandemi” mengkritik kebijakan pemerintah perihal penerapan tatanan new normal (normal baru) di tengah pandemi virus corona.
Menurut lembaga riset tersebut, kebijakan pemerintah itu tidak tepat dan dikhawatirkan dapat meningkatkan penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Menurut IDEAS hal ini dapat dibuktikan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang selama ini dijalankan saja belum mampu untuk meredakan pandemi.
“Sudah ada PSBB saja data positif Covid-19 meningkat, apalagi jika tidak ada PSBB,” kata Febbi Meidawati dalam diskusi tersebut, Selasa (16/06/2020).
Peneliti IDEAS itu menjelaskan, rata-rata kasus corona secara harian sebelum implementasi PSBB sebanyak 65 orang.
Pada bulan pertama PSBB, rata-rata kasus per harinya mencapai 327 orang. Pada bulan kedua PSBB, rata-rata kasus Covid-19 per harinya sebanyak 563 orang. Sepekan terakhir, Febbi menyebut kasus corona per harinya mencapai 900-1.000 orang.
“Artinya laju penyebaran corona saat ini cenderung naik meski ada pembatasan,” ujarnya.
Selanjutnya, Febbi menilai pemerintah tidak bisa serta-merta menggunakan angka reproduksi efektif (RT) di bawah 1 sebagai acuan bagi daerah ketika ingin menerapkan tatanan normal baru, lantaran belum cukup akurat. Ini karena angka pengujian dari spesimen corona di RI yang masih rendah.
Lebih lanjut, dia menilai waktu pelaporan dari pengujian spesimen corona masih lambat. Belum lagi kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengisolasi kontak erat dari kasus positif masih rendah. “Ini membuat estimasi RT menjadi bias dan cenderung overestimate,” jelasnya.
Fajri Azhari, peneliti IDEAS lainnya, juga mengatakan hal serupa. Menurutnya, pemerintah perlu mempertimbangkan keterbatasan fasilitas kesehatan di daerah. Dia khawatir fasilitas kesehatan yang ada tak mampu menangani peningkatan kasus corona karena penerapan tatanan normal baru.
Selain itu, Fajri juga meminta pemerintah belajar dari empat negara lain yang penyebaran coronanya meningkat ketika melonggarkan karantina, yakni Iran, India, Pakistan, dan Meksiko. Di Iran, Fajri menyebut ada pelonjakan kasus tertinggi dalam satu bulan terakhir setelah karantina dilonggarkan.
Hal yang sama juga terjadi di negara India. “Pelonggaran dilakukan 31 Mei, sejak itu India mencatat total pertumbuhan ganda kasus corona. Ini pertumbuhannya mencapai 10 ribu per tanggal 26 Mei,” ujar Fajri.* Azim Arrasyid