Hidayatullahh.com—Sekitar 1.000 orang turun ke jalan di ibukota Belgia pada hari Minggu untuk mengadvokasi hak mengenakan hijab di universitas.
Acara #HijabisFightBack diselenggarakan oleh tiga LSM lokal yang mewakili perempuan Muslim dan berjuang untuk inklusi sosial.
Protes tersebut menargetkan putusan pengadilan konstitusi baru-baru ini yang memungkinkan larangan simbol-simbol agama di pendidikan tinggi.
Protes didominasi oleh perempuan muda, termasuk mereka yang tidak mengenakan hijab. Mereka memprotes diskriminasi dan menunjukkan solidaritas dengan rekan-rekan mereka yang mengenakan hijab
Para pengunjuk rasa membawa tanda-tanda seperti “Jangan menilai seorang wanita dari sampulnya!” “Kenapa aku harus netral?” dan “Di mana kebebasan itu jika aku tidak bisa memakai apa pun yang aku inginkan?”
Menghargai aturan otoritas Belgia, para demonstran mengenakan masker dan berusaha menjaga jarak sosial.
Pada bulan Juni, pengadilan konstitusi Belgia memutuskan bahwa pelarangan simbol agama – termasuk hijab – di pendidikan tinggi bukan merupakan pelanggaran kebebasan beragama atau hak atas pendidikan di bawah Konstitusi Belgia dan Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia.
Keputusan itu muncul setelah pengadilan Brussels merujuk ke pengadilan konstitusi kasus sekelompok perempuan Muslim yang menantang Francisco Ferrer College karena tidak mengizinkan siswanya mengenakan penutup kepala.
Namun, larangan hijab itu tidak tersebar luas di Belgia.
Beberapa lembaga pendidikan tinggi Belgia – termasuk Free University of Brussels (VUB) yang terkenal atau Universitas Katolik Leuven – menjelaskan pada bulan Juli bahwa mereka menyambut siswa “tanpa memandang jenis kelamin, asal atau status sosial, dengan atau tanpa hijab.”*