Hidayatullah.com–Setelah pandemi Covid-19 melanda sejak awal 2020 silam, Sekolah Pemikiran Islam (SPI) memutuskan untuk tidak membuka kelas kursus singkat terlebih dahulu. Keputusan itu pada akhirnya ditinjau kembali dalam sebuah rapat pengurus yang diselenggarakan pada bulan Desember 2020.
Berdasarkan keputusan rapat tersebut, SPI Jakarta dan Bandung akan membuka kembali program kursus singkatnya pada bulan Februari 2021. Hal itu disampaikan oleh Akmal Sjafril, Kepala SPI Pusat, dalam wawancara via aplikasi Whatsapp pada Selasa (26/01/2021) sore.
“Pada awalnya kami masih berharap pandemi akan lekas selesai. Oleh karena itu, pada tahun 2020 kami menyibukkan diri dengan kajian-kajian singkat secara daring saja. Akan tetapi, karena belum ada tanda-tanda membaik, maka kami putuskan bahwa kursus singkat SPI harus dimulai lagi di tahun 2021 ini,” ujar Akmal.
Meski bertekad bahwa kursus singkat SPI harus diselenggarakan pada tahun 2021, pengurus sepakat bahwa keselamatan harus diutamakan. Karena itu, kuliah diselenggarakan secara daring.
“Kuliah secara daring ini sebenarnya tidak ideal, karena adab mencari ilmu yang utama itu adalah dengan bertatap muka secara langsung. Akan tetapi, demi kemaslahatan bersama, maka kami rasa inilah keputusan yang terbaik,” ungkap penulis buku Islam Liberal 101 ini lagi.
Menurut Akmal, kondisi keumatan kini menunjukkan bahwa kehadiran SPI memang sangat dibutuhkan. “Umat Muslim diserang dari berbagai arah. Islam liberal menghegemoni, pluralisme dijajakan, ideologi free sex dipasarkan oleh kaum feminis, kelompok pendukung LGBT semakin agresif, dan nativisasi muncul di mana-mana. SPI tidak bisa tinggal diam, karena justru ranah perang pemikiran inilah habitatnya yang sesungguhnya,” papar Akmal secara panjang lebar.
SPI, menurut Akmal yang juga merupakan pendirinya, memang didirikan bukan untuk menggalakkan kajian-kajian lepas. Melainkan juga untuk mencetak kader-kader yang mampu membela Islam dalam kancah perang pemikiran.
“SPI didirikan berdasarkan hasil evaluasi saya yang telah didaulat menjadi narasumber dalam banyak kajian pemikiran. Menurut saya, kajian-kajian lepas yang maksimal cuma dua jam itu tidak bisa melahirkan pemikir atau pejuang, melainkan hanya membangkitkan kesadaran saja. Oleh karena itu, kami menyusun kurikulum kursus singkat di SPI yang sekarang terdiri dari dua puluh materi, mulai dari ghazwul fikri, the worldview of Islam, konsep wahyu dan kenabian, adab, sekularisme, pluralisme agama, konsep gender, fitnah kubra, sejarah dan doktrin Syi’ah, dan sebagainya. Perang pemikiran memang harus direspon dengan ilmu,” tandas ayah dari dua anak ini.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Karena besarnya kebutuhan umat akan pembelaan, maka SPI bertekad akan lebih agresif lagi di tahun 2021. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya program yang telah dicanangkan untuk tahun ini. “SPI Jakarta dan SPI Bandung akan mengawalinya dengan kursus singkat mulai bulan Februari. Selepas Idul Fithri, insya Allah SPI Tangerang Raya, Jogja dan Padang juga akan membuka kelas. Untuk para aktivis dari daerah-daerah lain, bisa mengikuti Kelas Online Pemikiran (KOMIK) Intensif yang juga diselenggarakan secara daring,” pungkasnya.*