Hidayatullah.com–Duta Besar Palestina di Indonesia Zuhair Al-Shun menyampaikan bahwa pemerintahan baru Israel yang dibentuk koalisi tidak akan membawa perubahan pada nasib rakyat Palestina. Menurutnya perjuangan bangsa Pelestina untuk mencapai kemerdekaan masih akan dihalangi oleh Israel.
“Sama saja. Menurut keyakinan saya, sejak bertahun-tahun, pemimpin Israel selalu sama saja,” kata Dubes Zuhair seperti dikutip dari laman MNC Portal Indonesia, Kamis (10/06/2021)
“Apakah mereka siap untuk mencipatakan perdamaian? itu pertanyaannya. Apakah mereka siap untuk menerima kami?” sambungnya.
Zuhair menjelaskan Pemerintahan baru Israel ini, mengaku bangga membunuh rakyat Palestina, itulah kenapa dia tidak melihat ada niat baik dari negeri Zionis ini.
“Pemimpin baru yang akan memimpin pemerintahan baru selalu mengatakan saya membunuh banyak warga Arab dan saya senang melakukannya. Jika Anda terus memiliki mentalitas seperti ini maka tidak akan pernah ada harapan,” ungkapnya.
Untuk itu, Zuhair berharap Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu dekat Israel dapat memberikan pengaruh lebih banyak kepada pemerintahan Israel yang baru, agar mendorong terwujudnya Solusi Dua Negara.
“Saya harap AS bisa memberikan pengaruh lebih banyak (kepada Israel). Begitu juga dengan negara Eropa. Jika mereka siap bersama Amerika maka semuanya bisa dilakukan,” pungkasnya.
Diketahui, Pekan lalu, kubu oposisi Israel yang dipimpin oleh Kepala Partai Yesh Atid, Yair Lapid berhasil membentuk pemerintahan baru guna menggulingkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang telah lebih dari satu dekade berkuasa di Negara Israel Zionis itu. Lapid menjalin koalisi dengan Naftali Bennett. Koalisi itu juga menggandeng partai Arab Bersatu, yang mewakili minoritas Arab Israel.
Adapun Naftali Bennett, merupakan orang yang akan menjabat sebagai perdana menteri pemerintahan baru ini. Dia dikenal sebagai sosok yang memiliki pandangan sejalan dengan perdana menteri Israel saat ini, Benjamin Netanyahu.
Bennett dulunya menjabat sebagai menteri pertahanan Israel. Dia pernah mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mengakui adanya negara Palestina.*