Hidayatullah.com- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Fadli Zon menyarankan Menteri Sosial Tri Rismaharini (Mensos Risma) agar menjalani terapi. Saran itu disampaikan Fadli sebagai tanggapannya atas sikap Risma yang kerap kali marah-marah di depan publik.
Fadli Zon juga menyoroti perilaku Risma yang memarahi petugas disertai kekerasan verbal sebagaimana video yang viral baru-baru ini.
Politisi Partai Gerindra itu menilai, gaya pejabat negara yang marah-marah di depan publik tidaklah menyelesaikan masalah dan sudah melampaui batas.
“Perilaku marah di depan publik dengan kekerasan verbal ini sudah melampaui batas, juga tak selesaikan masalah,” ujar mantan Wakil Ketua DPR RI ini lewat cuitannya di Twitter pantauan hidayatullah.com pada Senin (04/10/2021).
Fadli lantas memberi saran kepada Risma yang juga mantan Wali Kota Surabaya itu agar menjalani terapi “manajemen kemarahan”. “Sebaiknya (Risma, red) segera ikut terapi “anger management” (manajemen kemarahan),” ujar Fadli kemarin.
Warganet menanggapi beragam usulan Fadli Zon tersebut.
“Setuju bang,” tulis @harapan65015251 mengomentari ciutan Fadli.
“Memarahi sampai mempermalukan orang lain “su’ul adab” …. apalagi dilakukan oleh seorang pejabat…sangat memalukan…,” tulis akun @BabangSableng.
“Pemimpin yg baik punya 1 paket : tegas, berani, santun, pintar, emosinya terkontrol dan yg terpenting sholeh dan amanah. Ga bisa cuma paket hemat tegas dan berani doang…Wajah tersenyum dengan mulut terbuka dan keringat dingin,” tulis @ryznaza.
“Pemarah temannya setan. Agama melarangnya. Sikapilah dengan bijak saja,” komentar @IdenTurban.
Sedangkan akun @BRUNEIIS berpendapat, “Perlu penjelasan lebih lanjut, apa motivasi sehingga membuat, Ibu marah besar?”
Pada pihak lain, ada yang beropini lain, seperti ditulis @Habibi39718700, “Semangat buk Risma, Pemimpin masa depan, butuh yang tegas ,berani.”
Sebelumnya, kejadian viral marahnya Menteri Sosial Tri Rismaharini (Mensos Risma) kepada seorang staf di lingkup Pemerintah Provinsi Gorontalo turut mengundang reaksi para netizen (warganet).
Kala itu, pada mulanya seorang pria yang berdiri di jejeran kursi sisi kanan depan Risma tampak tengah berbicara. Sesekali ia melihat telegon genggam di tangannya. Tak berapa lama, Risma lantas menanggapi pernyataan pria itu. “Jadi bukan kita coret ya,” kata Risma sambil memegang mik, seperti dalam video.
“Bukan!” jawab pria yang bicara itu.
Lantas, Risma beranjak dari kursinya, lalu berjalan ke arah barisan kursi di sisi depan kirinya. Di situ, terdapat seorang pria lain berbaju merah. “Kamu tak tembak kamu ya, kamu tak tembak,” ujar Risma sambil berjalan dengan mengarahkan tangannya ke arah pria berbaju merah itu. Di tangan Risma tampak ada sebuah benda kecil mirip pulpen.
Melihat situasi itu, sempat terdengar suara tawa dari peserta rapat. Namun tiba-tiba suasana jadi berubah.
Sembari tetap memegang benda tersebut, Risma mengarahkan tangannya ke dada pria baju merah tadi. Kena dorongan itu, membuat sang pria tampak terduduk lalu mencoba berdiri. Begitu berdiri, Risma kembali mengulangi gerakan serupa mendorong dada pria itu yang membuatnya terduduk lagi.
Setelah itu, Risma melontarkan sejumlah kata-kata masih dengan nada emosional kepada pria yang barusan ditunjuk dan didorongnya. Risma lalu kembali duduk ke kursinya di bagian depan ruang rapat.*