Hidayatullah.com- Para petinggi negara termasuk Indonesia berkumpul di Glasgow, Inggris Raya untuk konferensi iklim terbesar, yakni COP26. Dalam pertemuan ini, mereka berjanji menghapus batu bara, memangkas emisi gas rumah kaca, dan mengurangi deforestasi.
Faktanya, saat ini ikhtiar tersebut dinilai masih sangat jauh dari harapan. Cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi, seperti gelombang panas, badai dan banjir, gangguan sistem pangan, hingga peningkatan penyebaran penyakit merupakan hal yang disebabkan oleh krisis iklim.
Hal ini pula yang disoroti oleh Sinergi Foundation, salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ) di Indonesia. “Ada sejumlah program yang kami buat untuk menanggulangi krisis iklim,” kata CEO Sinergi Foundation, Asep Irawan, dalam rilisnya diterima hidayatullah.com, Rabu (24/11/2021).
Salah satunya adalah dicanangkannya program Green Kurban & Green Akikah. Karena dari satu hewan yang dikurbankan, turut ditanam satu pohon. Sejak 2013-2021, ada sebanyak 28.866 pohon yang telah ditanam. Di antaranya, 6.887 pohon bambu yang telah ditanam.
“Menurut penelitian, bambu ternyata dapat membantu memitigasi perubahan iklim, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan melindungi hutan,” kata Asep.
Ia melanjutkan, memulihkan lahan dan hutan yang rusak dengan bambu, dapat berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon.
Selain Green Kurban, ada pula program wakaf sumur yang menggunakan solar cell (tenaga surya). “Keuntungan utama dari tenaga surya adalah penggunaannya tidak menghasilkan efek gas rumah kaca dan tidak mencemari air atau komponen lain dari alam,” kata Asep.
Untuk program sumur solar cell ini, LAZ itu telah membangun 3 sumur di wilayah Khan Younis, Gaza, Palestina, dan membantu kira-kira 15.000 penerima manfaat.
“Harapannya, program yang kami buat tak hanya bermanfaat untuk sesama, tapi juga bisa menjadi rahmat bagi alam. Dalam hal ini, menanggulangi krisis iklim. Kami sangat sepakat, bahwa krisis ini harus segera ditanggulangi,” tandasnya.*