Hidayatullah.com–Pendidikan adalah sarana strategis untuk membangun peradaban Islam. Dengan pendidikanlah peradaban Islam bisa disemai. Hal itu sejalan dengan perjalanan Islam. Sebab, surat pertama kali turun adalah al Alaq, perintah untuk membaca. Dari situlah tradisi ilmu terus berkembang hingga akhirnya tercipta peradaban Islam menjadi gemilang. Sejarah pun mencatatnya dengan tinta emas.
Tapi, membangun peradaban Islam melalui jalur ini tidak seperti membalikan telapak tangan. Butuh pengorbanan, waktu dan proses yang tidak gampang. Namun, jika hal itu dilakukan dengan baik, maka pendidikan bisa menjadi investasi peradaban di masa datang.
Penjelasan itu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Hidayatullah DR. Abdul Manan saat menjadi pembicara di Rapat Kerja Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya Jumat (4/2). Acara tersebut dihadiri lebih dari 200 peserta dari seluruh Pesantren Hidayatullah se-Indonesia.
Abdul Manan mengatakan, banyak konsep pendidikan yang ditawarkan banyak pihak belum memberikan solusi. Selama ini, pendidikan hanya dimaknai secara kognitif, yang dikejar hanya angka komulatif saja.
Padahal, kata Abdul Manan, pendidikan itu mencakup ilmu, iman dan amal. Integrasi dari tiga hal inilah yang bisa mengantarkan generasi yang bisa membangun peradaban Islam. “Sayang, masih jarang lembaga pendidikan yang menerapkan konsep itu,” katanya.
Karena itu, Abdul Manan mengatakan, pendidikan bukan saja bertugas melakukan transfer of knowlegde tapi juga transfer of value. Transfer of knowlegde katanya, sangat gampang dilakukan, tapi tak mudah untuk melakukan transfer of value. Padahal, transfer of value tak kalah pentingnya, menciptakan generasi yang idealis dan ideologis.
Untuk melakukan hal itu, tegas Abdul Manan, diperlukan soko guru yang ideologis dan visioner. Guru yang memiliki semangat ideologis untuk membangun peradaban Islam. Dan, katanya, menciptakan guru model seperti ini bukan hal mudah. Harus melalui training dan pemahaman manhaj dan Islam yang jelas.
Lebih jelas, Abdul Manan menuturkan, kader ideologis adalah kader yang siap-kapan pun dan di mana pun-membela Islam. Kader yang akan mengatakan “Sami’na Waato’na” jika diperintah, bukan “Sami’na Wa’asoina”. Kader seperti inilah yang menurut Abdul Manan ingin diciptakan oleh Hidayatullah dengan segala keterbatasanya.
Abdul Manan mengatakan, kader seperti itulah yang ingin diciptakan Hidayatullah. Dan, hal itu telah dilakukan, meski belum menuai hasil maksimal. Tapi, ujarnya, semangat ekspansi dan pendidikan yang telah dilakukan Hidayatullah jadi bukti jika lemabaga ini konsen dalam membangun generasi Islam.
Sementara, Ketua Departemen Pendidikan Pusat Hidayatullah, Ali Imran, MA mengatakan, acara tersebut diadakan untuk membangun kesepatakan program yang akan dilakukan selama setahun. Selain itu, acara ini juga untuk mensinkronisasikan agenda berbagai daerah agar sama dan memberikan pelatihan dan wawasan kependidikan.