Hidayatullah.com—Kehadiran sosok pawang hujan di pagelaran MotoGP 2022 atau Pertamina Grand Prix of Indonesia menjadi polemik yang banyak dibicarakan netizen baru-baru ini. Pawang hujan Bernama Rara Istiati Wulandari itu diklaim mampu mengusir hujan saat pergelaran MootoGP di kawasan Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) berlangsung.
Berdasarkan video yang beredar di media sosial, sebagaimana dilihat oleh Hidayatullah.com, Pawang Hujan Mandalika tersebut beraksi mengenakan jaket berwarna merah dan hitam sambil berjalan-jalan tanpa alas kaki di area sepanjang lintasan.
Diberitakan sebelumnya, hujan awalnya mengguyur Mandalika dan sekitar pukul 14.00 WITA atau setelah race Moto3 selesai. Balapan MotoGP Mandalika yang semula dijadwalkan berlangsung pukul 15.00 WITA atau 14.00 WIB ditunda, karena hujan deras. Sehingga, Fabio Quartararo dan kawan-kawan akhirnya baru bisa beraksi di lintasan pada 15.15 WIB.
Aksi dan kehadiran Pawang Hujan Mandalika itu pun berhasil menyita perhatian publik, baik yang sedang menonton langsung di area balapan maupun di sosial media. Aksi tersebut bahkan diunggah oleh akun Twitter resmi MotoGP.
Kehadiran pawang hujan yang disewa secara resmi itu pun memunculkan polemik. Beberapa menganggap penggunaan pawang hujan oleh pemerintah selaku bagian dari penyelenggara tak patut.
Lantas, siapa sosok Pawang Hujan Mandalika itu? Berikut rangkuman Hidayatullah.com dari berbagai sumber terkait profil Rara Istiati Wulandari.
Belajar Pawang dari Kecil
Pawang Hujan Mandalika itu bernama lengkap Raden Roro Istiati Wulandari lahir di Papua pada 22 Oktober 1983. Meski lahir di Papua, Rara berdarah Jawa dan tinggal di Bali.
Rara yang kini tinggal di Bali sudah lama mempelajari ilmu menjadi ‘pawang hujan‘, sejak dirinya masih kecil. Dilansir dari CNN (20/3/2022), Rara mulai belajar pawang sejak umur sembilan tahun.
Rara juga diketahui merupakan seorang penganut Kejawen. Dalam kesehariannya, ia juga aktif sebagai paranormal dan praktisi tarot.
Dalam aksinya sebagai Pawang Hujan Mandalika, Rara tampak membawa alat-alat khusus seperti mangkok emas untuk meredakan hujan di area lokasi. Sesekali dia juga berhenti sambil membacakan mantra dan mengangkat alat-alatnya ke atas.
Rara, dilansir oleh Detik, mengaku pada saat ritual dirinya tidak boleh lapar. Ia juga menjelaskan bahwa dirinya tidak menikah dan tidak makan daging hewan berkaki empat.
Jadi Langganan BUMN dan Dibayar Besar
Rara diketahui adalah pawang hujan yang sudah malang melintang di pentas dan acara-acara besar nasional. Rara memang telah diminta secara khusus oleh pihak penyelenggara, yakni Mandalika Grand Prix Association (MGPA) dan Dorna untuk memastikan tidak turun hujan selama acara berlangsung.
Selama bertugas sebagai Pawang Hujan Mandalika, perintah bisa datang kepadanya sejam sekali lewat telepon.
Berdasarkan pengakuannya, Rara mendapat bayaran yang cukup besar sebagai Pawang Hujan Mandalika ajang MotoGP 2022. Bahkan, total bayaran yang ia dapatkan itu bisa mencapai 3 digit atau ratusan juta rupiah untuk 21 hari kerja.
Di Mandalika, dia dipekerjakan oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). ITDC sendiri adalah perusahaan BUMN yang membawahi Mandalika Grand Prix Association (MGPA).
Event MotoGP 2022 ini sendiri, bukanlah acara besar pertama dirinya menjadi “agen” penolak sekaligus pemanggil hujan. Sebelumnya, ia juga sempat menjadi pawang hujan untuk acara vaksinasi massal, kampanye Presiden Jokowi, hingga upacara pembukaan Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang.
Minta Hujan Boleh, Ritualnya Haram
Dalam Islam, berdoa meminta hujan atau meminta tidak turun hujan, itu diperbolehkan. Namun, melakukan ritual yang melanggar syariat seperti yang dilakukan pawang hujan, diharamkan.
Dalam salah satu video yang diunggah di akun Youtube Al-Bahjah TV pada 16 Desember 2017, ulama dan pendakwah, Buya Yahya Zainul Ma’arif menjawab pertanyaan tentang pawang hujan. Menurutnya, berusaha menahan hujan dengan bantuan pawang merupakan perbuatan haram.
“Haram. Tidak boleh. Pawang itu dukun kan, pakai komat kamit usir mendung. Tidak dibenarkan. Kalau urusan dukun, Nabi (Muhammad) tidak akan ridha,” jelas Buya Yahya dalam video tersebut, dikutip oleh Hidayatullah.com.
Cara yang dilakukan pawang hujan seringkali melanggar syariat. Sebab, dalam Islam tidak diperbolehkan melakukan ritual penyembahan kepada selain Allah SWT. Apalagi, jika dalam praktiknya sang Pawang meminta bantuan makhluk semacam jin.
Buya Yahya menegaskan, sebetulnya, menahan hujan dapat diupayakan tanpa perlu melanggar syariat.
“Kalau minta ulama agar didoakan tidak hujan, oke. Kalau ada orang shaleh yang memang doanya dikabul oleh Allah. Kita datang pada orang shaleh, dan orang shaleh biasanya minta misalnya kau sedekahlah di masjid dan fakir miskin, insya Allah tidak ada hujan,” tutur Buya Yahya.*