Hidayatullah.com– Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, mengaku belum menerima informasi apapun dari penyidik terkait perkembangan kasus penyiraman air keras yang menimpanya.
“Memang sebelum-sebelumnya sekitar 6 bulan lalu perkembangan disampaikan ke tetangga saya, yang ditujukan ke tetangga saya, saya belum pernah dapat perkembangan apapun. Sampai sekarang,” ujarnya usai diskusi bertema ‘Mencari Capres Anti Korupsi’ bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (17/07/2018).
Baca: Novel Baswedan: Pemberantasan Korupsi di Indonesia Miris
Novel mengatakan, ia mendapat banyak informasi terkait kasusnya tetapi bukan dari penyidik atau aparat langsung yang menangani kasus tersebut.
Karenanya, ia mengungkapkan, akan terus menyuarakan apa yang menimpanya. Apalagi, terangnya, saat menjalankan tugasnya, pegawai KPK seringkali dihambat oleh pihak tertentu dengan cara diintimidasi dan sebagainya.
Baca: Novel Punya Tim Investigasi Sendiri Kasus Penyerangannya
Menurut Novel, sudah sewajarnya KPK melindungi pegawainya ketika melakukan tugasnya dengan cara yang baik.
“Dalam hal ini saya mendengar dari media (bahwa) pimpinan KPK menyampaikan itu, ingin melindungi pegawainya dengan sungguh-sungguh. Tapi perlindungan kepada pegawai yang terbaik adalah dengan cara apabila dia diserang, penyerangnya diungkap. Bukan berarti pegawai KPK harus dijaga 24 jam, itu justru bukan penjagaan yang terbaik. Orang siapa sih yang mau dijaga dan terkekang dengan kondisi pengawalan,” jelasnya.
Baca: “Kalau saja Jokowi Bentuk TGPF dan Kawal Tuntas Kasus Novel…”
Oleh karena itu, Novel menegaskan, setiap penyerangan terhadap pegawai KPK harus diungkap. Karena memang penyerangan yang barbar itu tidak boleh dibiarkan.
“Ketika itu dimaklumi, dianggap kriminal biasa, apakah kita melihat pemberantasan korupsi tidak penting?” tandasnya.*
Baca: Mata Novel