Hidayatullah.com—Innalillahi wa inna ilaihii rojiun. Telah meninggal dunia salah seorang pembina Hidayatullah, Ust. H. Ainur Rofiq (47), pada Rabu (20/10) di RS Husada Utama-Surabaya karena penyakit komplikasi. Beliau merupakan salah satu anggota Dewan Syuro DPP Hidayatullah.
Di samping memiliki aktivitas yang bersifat keagamaan, Ust. Ainur Rofiq merupakan salah satu penulis tetap majalah Suara Hidayatullah dan pengisi Konsultasi Keluarga pada portal Hidayatullah.com ini.
Ustadz Rofiq, begitu biasa dipanggil, merasa ada gangguan dalam tubuhnya sejak akhir Ramadhan lalu. “Waktu itikaf beliau merasa sakit di punggungnya,” kata Bahrul Ulum, wartawan hidayatullah.com yang ikut itikaf bersama dia.
Diduga ada salah satu syaraf di punggungnya terjepit. Untuk memastikan penyakitnya itu, dia terpaksa harus bolak balik ke laboratorium. Dalam proses penelitian penyakitnya itulah, levernya kambuh. Karena keadaan tubuhnya terus melemah, oleh keluarganya kemudian dibawa ke rumah sakit. Tiga hari dirawat rumah sakit, Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian memilih memanggil ‘pulang’ hamba yang dicintai-Nya itu.
Sepanjang hidupnya ustadz kelahiran Gresik Jawa Timur ini tak pernah lepas dari dunia dakwah. Bergabung dengan Hidayatullah sejak menjadi mahasiswa IKIP Surabaya (sekarang Unesa). Ustadz Rofiq termasuk ikut merintis Majalah Suara Hidayatullah. Dia ditugaskan di Bagian Administrasi, sebelum dipindahkan ke bagian pendidikan Pesantren Hidayatullah Surabaya.
Beberapa waktu di pendidikan, dia kemudian ditugaskan ke Bandung (akhir 1990) untuk merintis Hidayatullah Cabang Bandung, Jawa Barat, setelah sebelumnya menikah dengan Amin Rahayu lewat nikah massal. Inilah pernikahan massal pertama yang digelar Pesantren Hidayatullah Surabaya.
Menurut Dadang Kasmayadi, Pemred hidayatullah.com yang pernah menjadi santrinya di Bandung, beliau termasuk orang yang disegani saat memimpin Hidayatullah Cabang Bandung. Orangnya penyabar, ikhlas dalam mengerjakan sesuatu. ”Padahal di Bandung, yang gabung menjadi pengurus adalah para aktivis ”bawah tanah”. Tapi beliau mampu mengayomi semuanya,” kata Dadang.
Saat bertugas di Bandung, almarhum rajin mengisi pengajian di berbagai tempat dan kalangan; masjid, majelis taklim, perkantoran, dan kampus. Jamaahnya dari kalangan ibu-ibu, aktivis dakwah, dan mahasiswa. ”Pernah kami pulang tengah malam naik motor setelah mengisi pengajian di pelosok Bandung,” kenang Dadang.
Almarhum juga berperan dalam pengembangan cabang-cabang Hidayatullah di Jawa Barat, seperti Garut, Tasikmalaya, dan Sumedang.
Berkat kepemimpinan Ustadz Rofiq dan para pengurusnya, Hidayatullah Bandung terus berkembang, yang saat ini berlokasi di Jl R. Edang Suanda, Padasuka Bandung, dengan luas lahan 1600 m2. Kini, di tempat ini sudah berdiri sekolah SMP Integral dan tahfidzul qur`an.
Sekitar tahun 1997, Ustadz Rofiq ditarik kembali ke Surabaya, untuk memimpin Cabang Surabaya. Terakhir, ia terpilih menjadi salah satu anggota Dewan Syura pada Munas di Makasar, Sulawesi Selatan Juli lalu.
Sebagai anggota Dewan Syura, beliau banyak melahirkan konsep dakwah. Salah satunya adalah materi halaqoh yang akan diterbitkan oleh Pengurus Pusat Hidayatullah sebagai pedoman bagi seluruh jamaah Hidayatullah.
Ustadz Rofiq meninggalkan satu istri dan lima anak. Menginginkan seluruh anaknya meneruskan perjuangannya, seluruh anaknya dikirim belajar ke pesantren. Dua anaknya mondok di Pesantren Al Amin Madura, belajar tahfidz (menghafal al-Qur`an), satunya lagi di Pesantren Hidayatullah Yogyakarta, dan yang dua di masih di rumah. Selamat jalan pejuang, semoga keinginan beliau terkabul. Amin. [bas/hidayatullah.com]