Hidayatullah.com — Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC-BRIN Budi Harsoyo merespons klaim keberhasilan Roro Istiati Wulandari, pawang hujan di Mandalika yang jadi pembicaraan di dunia maya. Budi Harsoyo mengatakan penerapan teknologi saintifik lah yang mencegat hujan di area Moto GP tersebut.
Aksi Roro Istiati yang berjalan di lintasan Sirkuit Mandalika dalam gelaran MotoGP 2022 atau Pertamina Grand Prix of Indonesia, Ahad (20/3/2022) mendapat sorotan televisi yang disiarkan ke seluruh dunia. Sontak saja tindakan pawang tersebut menjadi buah bibir masyarakat dunia, dan bahkan viral di media sosial.
Banyak netizen menganggap jika hujan benar-benar berhenti akibat usaha yang dilakukan oleh Rara, pawang hujan yang disewa penyelenggara. Apalagi setelah akun resmi MotoGP membuat status seolah membenarkan aksi Rara benar menghentikan hujan di Sirkuit Mandalika. “It worked,” kata akun Twitter @MotoGP.
Padahal, ujar Budi Harsoyo, modifikasi cuaca terjadi berkat peran TNI Angkatan Udara (TNI AU) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Keduanya melaksanakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) di kawasan Sirkuit Mandalika, sejak Jumat (18/3/2022).
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang sejak 18 Maret-20 Maret 2022 juga beroperasi di Mandalika karena BMKG sudah memprediksikan pada periode tersebut Mandalika berpotensi diguyur cuaca ekstrem.
“Ini terbukti dengan keberadaan low pressure di perairan selatan NTB, yang semakin hari keberadaannya semakin mendekat ke Pulau Lombok. Low Pressure ini menjadi daerah pusat pertumbuhan awan hujan dan berpotensi tumbuh menjadi Siklon Tropis,” jelas Budi lewat rilis tertulis, Ahad (20/3/2022).
Ia menyebut kondisi tersebut yang mendasari BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrim untuk wilayah NTB, yang secara siklus hariannya puncak hujan diprediksikan terjadi pada pagi hingga sore hari.
“Prediksi ini terbukti cukup akurat. Pagi hari, umumnya terjadi hujan secara cukup merata di seluruh wilayah NTB pada umumnya. Pada aktualnya, hujan pagi hari terjadi pada tanggal 18 dan 19 Maret 2022 untuk wilayah P. Lombok, tidak terkecuali di Sirkuit Mandalika,” jelas Budi.
Budi Harsoyo mengatakan, operasi di Mandalika merupakan jenis layanan TMC untuk tujuan pengurangan curah hujan (rain enhacement).
“Metode ini dalam beberapa tahun terakhir, banyak diaplikasikan untuk tujuan mitigasi banjir ataupun tujuan pengamanan pembangunan infrastuktur nasional dan sejumlah event kenegaraan lainnya,” ucap Budi dalam keterangannya, Senin (21/3/2022).
Operasi TMC yang menggunakan pesawat Cassa 212-200 dari Skadron Udara 4 Lanud Abdulrahman Saleh Malang, dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya curah hujan tinggi di Sirkuit Mandalika. Jika intensitas hujan tinggi maka dapat mengganggu jalannya gelaran MotoGP
Pesawat Cassa 212-200 melakukan penyemaian garam (NaCl) di awan potensial hujan yang bergerak menuju Mandalika. Melalui operasi tersebut, diharapkan dapat mempercepat proses terjadinya hujan sebelum awan tersebut mencapai Sirkuit Mandalika.
Selain itu, tim BRIN serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan pemantauan dan menganalisis data cuaca, serta pertumbuhan awan. Langkah itu dilakukan untuk menentukan strategi penyemaian yang dilaksanakan. Sehingga cuaca di sekitar Sirkuit Mandalika bisa terkendali.
“Kami berpacu dengan awan-awan hujan yang bergerak mendekat ke Mandalika. Sebelum mereka mendekat, kami cegat. Kami jatuhkan hujannya diluar Mandalika. Ada awan tumbuh baru, segera kami terbang dan jatuhkan kembali, begitu seterusnya,” kata Budi.*