Hidayatullah.com — Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyesalkan fenomena menjurus promosi ide dan gerakan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di ajang Citayam Fashion Week (CFW). Fenomena itu merujuk pada beberapa pria kebanyakan ABG yang berpenampilan seperti wanita dan berlenggak-lenggok di CFW.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (Waketum MUI), Anwar Abbas, menyesalkan fenomena remaja laki-laki berpakaian menyerupai wanita di Citayam Fashion Week. Dalam Islam, jelas Anwar Abbas, Allah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan sesuai fitrahnya.
“Oleh karena Islam melarang umatnya untuk merusak fitrah, takdir dan qodratnya tersebut. Jika kita melanggarnya maka dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah mengutuk laki-laki yang memakai pakaian perempuan dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki,” kata Anwar Abbas, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (26/7/2022).
Anwar menambahkan fenomena lelaki menyerupai wanita merupakan tindakan yang tidak bersyukur dan tidak menerima takdir serta qodrat yang sudah ditetapkan Tuhan.
“Untuk itu laki-laki hendaklah hidup dan berperilaku sebagai laki-laki dan perempuan juga sebagai perempuan serta jangan berlaku sebaliknya,” ujarnya.
Meski demikian, Abbas menyebut dampak fenomena CFW juga tidak melulu negatif. Karena itu dia juga tidak bisa secara langsung menyalahkan peserta yang masih muda-muda tersebut.
Untuk itu, dia menegaskan, otokritik juga harus berani disampaikan kepada para orang tua peserta CFW, agar masing-masing mengetahui dimana kesalahannya selama ini sehingga remaja tersebut ada yang berperilaku negatif.
“Kemudian jadikan itu sebagai dasar dalam melakukan langkah-langkah pembenahan ke depan agar kita bisa membuat mereka untuk bisa tampil lebih baik dan lebih positif lagi bagi kehidupan mereka dan bangsa ini ke depannya,” kata Abbas.
Abbas mengimbau orang tua mengevaluasi diri sendiri dalam cara pengendalian perilaku negatif remaja peserta CFW seperti laki-laki berdandan seperti wanita dan lainnya.
“Karena apa yang mereka lakukan tersebut jelas tidak terlepas kaitannya dengan apa yang telah kita perbuat dan kita (orang tua) lakukan terhadap mereka,” kata Abbas.
Menurut Abbas, mungkin selama ini orang tua terlampau sibuk dengan usaha dan kegiatan yang dilakukan secara individual maupun secara sosial. Akibatnya, pendidikan dan pembentukan karakter remaja tersebut mungkin menjadi kurang diperhatikan.
Lebih lanjut terhadap pemerintah, Abbas mendukung adanya tindakan segera terhadap praktik-praktik tidak terpuji dan bertentangan dengan ajaran agama dan falsafah bangsa di ranah publik sedemikian rupa, seperti yang berlangsung selama CFW.
Dia menambahkan, kalau ada tindakan peserta CFW yang salah dan/atau tidak pada tempatnya, maka sebagai generasi yang lebih tua, termasuk juga pemerintah tentu harus mau mengevaluasi dan menertibkan.
“Kalau yang positif tentu kita dukung tapi kalau yang negatif, tentu harus kita stop dan hentikan. Kami meminta pemerintah agar dalam hal ini (perilaku menjurus promosi LGBT di CFW) harus bertindak tegas untuk mencegah dan melarangnya,” kata pria yang juga mantan Sekjen MUI.*